MALANG – Melonjaknya kasus COVID-19 di Kota Malang belakangan ini membuat banyak pihak kewalahan. Hal serupa dialami para relawan tukang gali kubur. Selain mencurahkan tenaga ekstra, tak jarang mereka harus merelakan waktu istirahat dan berkumpul keluarganya karena harus siap siaga mengubur 24 jam.
Seperti diketahui, angka kasusnya masih belum ada tanda mereda. Hingga per 10 Juli 2021, ada 685 jiwa meninggal dunia dari total angka konfirmasi positif 7.421 jiwa. Padahal, 2 pekan sebelumnya, total konfirmasi positif ada di angka 6.933 jiwa dan 654 diantaranya meninggal dunia.
”Agak capek, Mas. Kewalahan,” itulah yang dirasakan Subandi (53), seorang juru kunci makam di TPU Ndesan, Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan Sukun Kota Malang. Tak seperti biasanya, kini dia bisa menyiapkan 3-4 liang lahat setiap harinya.
Menurut warga asli Ndesan ini, di sebelum pandemi, aktivitas pemakaman disana hanya berkisar antara 2-3 penguburan di tiap bulannya. Hal ini kata dia juga seiring dengan meningkatnya kasus penularan di lingkungan Kelurahan Karangbesuki.
Di lingkungannya sendiri di RW 3, dalam sehari waktu lalu terdeteksi ada 3 warga tertular corona. Kalau dihitung sejak 23 Juni 2021 hingga kini, total ada sekitar 21-an lebih jenazah dikubur secara protokol.
”Kalau lihat data se-kelurahan disini, total ada 9 RW mulai 2 minggu ini ada 45-an penguburan protokol. Disini ada 4 TPU,” ungkap pria yang ditunjuk sebagai Juru Kunci Makam sejak 2016 ini.
”Selama 2 minggu ini, di TPU sini saja hampir setiap hari ada penguburan. Pernah kapan lalu sampai 3 kali. Mulai pagi ada, siang ada lagi, terus sore sama malam ada lagi,” tuturnya.
Praktis, belakangan hari ini waktunya habis buat siap siaga berjaga di makam. ”Kan gak selalu ya. Kadang habis gali, kita masih harus nunggu jenazah dateng. Pernah ada yang ditunda sampai malem saking antrenya. Padahal kita sudah gali sedari pagi,” kata dia menceritakan kesah dukanya.
Selama ini, dia bertugas menggali kubur bersama 4-5 personel tetapnya, yang juga warga sekitar. 1 liang lahat, aku dia, bisa digarap selesai dalam waktu 2-3 jam. Jika dihadapkan dengan penguburan setiap hari 2-3 liang, tentu itu sangat menguras tenaga dan waktu.
Di sisi lain, di tengah kerja sukarela itu, dia cukup menyayangkan jika ada keluarga mendiang yang tidak peduli sama sekali dalam proses pemakaman ini. Entah karena takut tertular atau memang pasrah terhadap petugas.
”’Gak ada kelihatan. Kalau kita kan kerja relawan ya, jadi agak menyayangkan. Kok ya segitunya gak ada gotong royongnya sama sekali. Kita ini kan hidup di kampung ya, bukan di perumahan,” tegasnya.
Terlepas dari itu, Subandi berharap agar musibah pandemi ini segera berlalu. Di tengah situasi yang serba sulit ini, dia mengaku ketat dalam menjaga kesehatan di tengah aktivitaa beratnya.
”Sebelum gali itu pasti saya makan dulu, personil saya juga jangan sampai perut kosong. Di rumah saya banyakin minum air putih dan minum vitamin. Ya kita kuat-kuatin, jaga kesehatan. Wong namanya musibah,” pungkasnya.
Sebagai informasi, menurut data UPT Pemakaman DLH Kota Malang, total ada 34 jadwal pemakaman pada Minggu (11/7/2021). Sebelumnya, pada Rabu (7/7/2021), jadwal pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19 bahkan mencapai 54 jenazah.