Malang, Tugumalang.id – Momen mengharukan terjadi pada pengukuhan gelar profesor di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pasangan suami istri berhasil meraih gelar tertingginya secara bersamaan. Namun, sang istri tak bisa merasakan momen prestisius itu karena meninggal dunia.
Hal itu dialami pasangan Prof. Dr. Ir. Aris Winaya, M.M., M.Si., IPU, ASEAN Eng. dan Prof. Dr. Ir. Maftuchah, M.P. Keduanya sama-sama mengabdi di Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM dan meraih gelar profesornya di tahun 2024.
Namun sayang mendiang Prof Maftuchah terlebih dulu meninggal dunia tanpa sempat menerima secara langsung gelar guru besar tersebut. Alhasil, sang suami menerima gelar itu sendirian pada Sabtu (9/3/2024). Prof Maftuchah berpulang beberapa minggu sebelumnya akibat sakit.
Menariknya, dalam prosesi itu mendiang tersebut tetap dianugerahi dengan gelar guru besar anumerta dan seolah-seolah tetap menghadiri prosesi tersebut secara virtual. Alias dihadirkan untuk berorasi ilmiah menggunakan teknologi artificial intelegence (AI).
Dalam orasi ilmiah yang dipaparkan Maftuchah versi AI menjelaskan tentang pengembangan teknologi budidaya tanaman jarak pagar (jatropha curcas linn) untuk mendukung ketersediaan sumber bahan bakar biodiesel.
Tanaman jarak pagar memiliki sejarah panjang, terutama pemanfaatannya sebagai bahan bakar nabati. Saat penjajahan Jepang, biji dari buah tanaman jarak ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar penerangan maupun minyak bakar.
Baca Juga: Majelis Guru Besar PTNBH Minta Syarat Gelar Profesor Kehormatan Diperketat
“Namun, hingga saat ini pengembangan tanaman jarak pagar masih belum signifikan, bahkan cenderung tidak diutamakan, terutama terkait pemanfaatannya untuk sumber energi,” jelasnya.
Menurut orasinya, penanaman tanaman jarak pagar perlu diupayakan pada daerah-daerah marginal Jika ditanam pada lahan produktif, maka akan berkompetisi dengan tanaman pangan sehingga nilai ekonomisnya menjadi rendah dan petani tidak tertarik untuk budidaya tanaman jarak pagar.
”Edukasi tentang pemanfaatan biji buah jarak untuk bahan bakar nabati juga harus tetap dilakukan, diikuti dengan pengembangan teknologinya, terutama dalam penggunaannya sebagai biofuel.
Selain menyajikan orasi ilmiah, prosesi pengukuhan tersebut juga menceritakan bagaimana Aris dan Maftuchah saling mendukung satu sama lain hingga mencapai titel guru besar.
Aris menceritakan kisah pada tahun 1994, di mana ia dan istri menikah. Kemudian penantian panjang selama 9 tahun untuk mendapatkan buah hati. Bahkan juga dikisahkan perjuangan Maftuchah yang harus menyelesaikan studi di Bogor saat masih hamil serta upaya Aris bolak balik Malang-Bogor untuk menemani sang istri sembari menjalankan tugas sebagai dosen di UMM.
Sementara itu, Prof Aris yang juga Dekan FPP UMM itu dikukuhkan sendiri tanpa istrinya. Dalam paparannya, Aris menjelaskan mengenai aplikasi teknologi DNA dalam penguatan strategi konservasi sumber daya genetik ternak di Indonesia.
Ia mengemukakan bahwa beberapa negara yang telah berkomitmen untuk mempertahankan potensi genetik ternak lokal akan terus mengamati tren perkembangan bidang peternakan.
Di sisi lain, teknik genetika molekuler diperkirakan akan memiliki dampak yang cukup besar di masa depan. Misalnya tes berbasis DNA untuk gen yang mempengaruhi sifat kualitatif yang sulit diukur saat ini, seperti kualitas daging atau ketahanan terhadap penyakit.
Baca Juga: Teliti Manfaat Gunung Meletus hingga Tungau, Fakultas Pertanian UB Malang Cetak 2 Profesor Baru
Hal Ini akan membuka jalan menuju kemungkinan kemajuan dalam evolusi biologi, pemuliaan hewan dan hewan model untuk penyakit manusia. Misalnya, seleksi genomik yang seharusnya bisa meningkatkan dua kali lipat keuntungan genetik dalam industri susu.
”Meski begitu, ada tantangan tersendiri. Seperti terjadinya revolusi dalam bidang pemuliaan ternak sebagai alat dan teknik yang berbeda dengan pemuliaan konvensional selama ini,” terangnya.
Aris yakin bahwa studi tentang keragaman breed sapi lokal Indonesia berbasis DNA akan mencerminkan variasi genetik mereka dari sisi esensi. Apalagi, saat ini sumber daya genetik sapi-sapi asli Indonesia semakin menurun tajam. Maka studi tentang keragaman breed sapi asli Indonesia semakin penting.
“Konservasi keanekaragaman genetik ternak lokal harusnya sudah menjadi program yang wajib diimplementasikan,” tegasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
editor: jatmiko