MALANG, Tugumalang.id – Selama hampir dua bulan, dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) An Nur telah beroperasi untuk memberikan Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi 3.047 siswa di Desa Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang.
Setiap harinya, 47 karyawan bekerja di dapur ini mulai pukul 03.00. Mereka memasak ribuan porsi makanan bergizi yang siap diantarkan sebelum waktu makan siang.
Meski terletak di dalam lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) An Nur 1 Bululawang, SPPG ini juga menyiapkan makanan untuk sekolah-sekolah yang ada di luar pesantren.
Baca Juga: DPRD Kota Malang Sebut Program Makan Bergizi Gratis Perlu Cost Sharing
Santri An Nur sendiri berjumlah kurang dari 1.800 orang, sementara dapur SPPG memiliki kapasitas untuk menyiapkan makanan sekitar 3 ribu porsi.

“Standar setiap SPPG bisa melayani 3 ribu sampai 3.500 porsi. Itu termasuk untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,” ujar Kepala SPPG An Nur, Fidia Mafrurosari.
Saat ini SPPG An Nur menyediakan makanan untuk 14 sekolah yang ada di radius kurang dari enam kilometer. Beberapa di antaranya adalah TK Al Hikmah, MI Al Hikmah, MI Al Adroiyah, MI Nurul Yaqin, MI Taufiqiyah, dan MTs Unggulan Annur 1. “Sekolah yang paling jauh jaraknya 4,2 kilometer,” katanya.
Baca Juga: Kota Malang Mulai Terapkan Program Makan Bergizi Gratis Lewat CSR
Terkait menu, Fidia mengatakan semua menu yang disajikan dibuat oleh ahli gizi. Mereka memiliki sepuluh menu yang disajikan dalam waktu sepuluh hari secara berurutan. Setelah sepuluh hari, mereka kembali ke menu di hari pertama.
“Alhamdulillah selama ini berjalan lancar, pendistribusian berjalan lancar, pihak sekolah juga senang dapat program makan ini,” kata Fidia.
Saat ini baru terdapat lima dapur SPPG di Kabupaten Malang. Selain di An Nur, dapur SPPG lainnya berada di Desa Kuwolu Kecamatan Bululawang, Markas Kodim 0818 Malang-Batu di Kepanjen, Lanud Abdulrachman Saleh di Singosari, dan di Kecamatan Lawang.
Pengasuh Ponpes An Nur 1 Bululawang, KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan para santri menyambut baik program MBG ini.
Menurutnya, rata-rata santri berasal dari kalangan menengah ke bawah sehingga menu MBG cukup memenuhi gizi mereka. “Bagi santri, ini sangat istimewa karena tidak setiap hari mereka makan lauk ayam,” kata Fahrur.
Ia berharap program MBG bisa segera menjangkau pesantren lainnya serta wilayah pinggiran yang masyarakatnya masih kesulitan untuk mendapatkan makanan bergizi. Menurutnya, mereka lebih memerlukan program ini dibandingkan siswa di kota besar yang serba berkecukupan.
“Kami berharap dapur-dapur ini lebih dipermudah aksesnya dan lebih banyak lagi yang bisa mendapatkan makan bergizi gratis,” tutup Fahrur.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
Editor: Herlianto. A