Tugumalang.id – Umumnya jika orang punya hak paten atas karyanya, biasanya dia akan memberi batasan tertentu agar orang tak sembarangan ikut memproduksi. Namun berbeda dengan yang dilakukan Anjani Sekar Arum, pemilik hak paten motif batik Banteng Agung khas Kota Batu.
Anjani justru membuat karya batiknya lebih populer dan bisa diproduksi oleh warga Kota Batu lainnya. Asalkan ada kerja sama yang mengikat. Anjani menuturkan UMKM yang terlibat dalam paguyuban ini dibebaskan untuk menciptakan motif batik banteng sendiri.

Dengan begitu, tiap-tiap UMKM punya ikon batik banteng yang memiliiki daya tarik tersendiri. Dengan begitu, batik banteng ini bisa lebih membumi.

“Jadi meski memang batik ini secara hak paten milik kami, tapi masyarakat bisa membuatnya juga. Kita bisa berkolaborasi menciptakan motif-motif baru sehingga batik khas Kota Batu ini bisa lebih dikenal luas,” terangnya pada reporter tugumalang.id, Kamis (1/12/2022).
Langkah pemberdayaan yang dilakukan Anjani ini cukup bagus. Artinya, potensi daerah wisata di Kota Batu semakin kaya. Dengan begitu, peluang ekonomi masyarakat juga semakin terbuka luas.

Sejauh ini, ada 9 pelaku UMKM tergabung dalam komunitas Paguyuban Kriya Kain dan Wastra Aksesoris di bawah binaannya. Mereka tersebar di 8 desa yaitu Desa Sumberejo, Temas, Songgokerto, Sidomulyo, Ngaglik, Pesanggrahan, Dadaprejo hingga Desa Beji.

“Jadi intinya saling menularkan. Kami pun juga terbuka memfasilitasi peralatan batik yang bisa dipakai oleh pebatik-pebatik pemula untuk belajar,” imbuh Anjani ditemui di Sanggar Batik Banteng, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji.
Batik Banteng Agung sendiri sebenarnya sudah dikenal hingga kalangan internasional. Sejak memulai menciptakan batik ini sejak 2014, produksi batik ini sudah melanglang buana hingga Jerman, Taiwan dan Hongkong.

“Kalau untuk pasaran lokalnya banyak di Jakarta,” kata putri dari Pendekar Bantengan, Agus Tubrun.
Bicara soal sejarah terciptanya batik tulis tradisional khas ini memang tak lepas dari sang ayah yang merupakan seniman bantengan. Menurun ke anak dan ditelurkan ke dunia fashion.
Perempuan kelahiran Batu ini menyebutkan omzet yang dia dapat dari produksi batik ini mencapai Rp40-50 juta per bulan. Saat ini, harga batik Banteng Agung miliknya dijual dengan harga berkisar dari Rp 400 ribu sampai Rp12 juta untuk batik tulis dan batik cap dengan harga Rp150-300 ribu.
“Sebelumnya saya bikin batik motif apel. Tapi saya ingin yang beda dan terinspirasi banteng. Seni bantengan sendiri di Batu kan juga jadi ciri khas,” tuturnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A