TuguMalang.id – Nama Candi Sumberawan yang terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang rupanya memiliki tafsiran yang beragam di kalangan ahli sejarah dan masyarakat.
Meski begitu, tafsiran yang paling kuat mengatakan asal-usul nama Candi Sumberawan berkaitan dengan kawasan tempat candi peningalan Kerajaan Majapahit itu berdiri.
Ismail Lutfi, Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jawa Timur membeberkan asal-usul serta sejarah Candi Sumberawan dalam sebuah video yang diunggah oleh kanal YouTube Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur.
Kata ‘sumber’ dalam bahasa Jawa memiliki arti mata air. Memang ada beberapa mata air di sekeliling candi tersebut. Di sekitar Candi Sumberawan juga bisa ditemui parit dan kolam budidaya ikan.
Menurut Lutfi, kata kedua dalam nama candi tersebut adalah ‘rawa’ atau ‘rawan’, bukan ‘awan’ seperti yang banyak diyakini masyarakat.
“Ada beberapa tafsiran. Ada sumber dan rawa. Tapi masyarakat ada juga yang menyebutkan sumber dan awan,” kata Lutfi.
Ia kemudian menambahkan bahwa kata ‘awan’ tidak ada dalam kosakata bahasa Jawa sehingga kemungkinan nama Sumberawan tidak memiliki kaitan dengan gumpalan uap air di angkasa tersebut.
“Kalau menggunakan kata ‘sumber’ dan ‘awan’ itu menjadi agak sulit untuk memahaminya. Karena ‘awan’ itu tidak ada dalam kosakata bahasa Jawa. Tapi dia ada dalam kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Melayu,” jelas Lutfi.
“‘Sumber’ dan ‘rawa’ itu menurut hemat saya lebih rasional. Karena sumber itu tempat di mana air muncul ke permukaan Bumi. Kemudian karena bentuknya yang menggenang airnya, menjadi rawa-rawa,” imbuhnya
Akhiran –n di kata rawan ditambahkan untuk menunjukkan bahwa itu adalah nama tempat. Dalam bahasa Jawa, biasanya nama tempat memang berakhiran –an atau –n, misalnya seperti kata kabupaten yang berarti wilayah pemerintahan seorang bupati.
Selain itu, Sumberawan juga disebut dengan istilah lain dalam Kakawin Negarakertagama, yaitu Kasurangganan.
Dikisahkan bahwa pada saat Hayam Wuruk melakukan perjalanan ke selatan dari ibukota Majapahit, ia singgah ke suatu tempat bernama Kasurangganan.
Ditilik dari tata bahasa, kata dasar dari Kasuranggan adalah Surangga. Su berarti sesuatu yang baik dan kata ‘rangga’ memiliki hubungan dengan gunung atau pegunungan.
“Secara kebahasaan, sebenarnya agak susah menghubungkan kata tersebut (Kasurangganan) dengan Candi Sumberawan,” kata Lutfi.
Pasalnya, Candi Sumberawan tidak berada di gunung, meskipun berada di dataran yang tinggi. “Memang stupa ini berada di sebuah bukit. Hanya saja Kasurangganan ini tidak menunjukkan secara tekstual lokasi yang jelas di mana ia berada,” jelas Lutfi.
Walaupun agak sulit menghubungkan dari segi nama, banyak ahli sejarah yang meyakini Kasurangganan yang disebutkan di Kakawin Negarakertagama ini adalah Candi Sumberawan.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: Jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id