Tugumalang.id – Lulus dari Universitas Islam Malang (Unisma) tak membuat Arief Wahyudi, pengusaha bisnis asal Kudus, Jawa Tengah lupa daratan. Arief bahkan bangga pernah mengenyam ilmu di kawah candradimuka Unisma.
Tanpa ilmu dan pengalaman selama menimba ilmu di Unisma, mungkin Arief tidak pernah merasakan di titik kesuksesannya di usia yang sudah menginjak 40 tahun ini. Apalagi, membawa marwah Nahdlatul Ulama (NU) di lingkup yang lebih luas.
Arief Wahyudi menjadi salah satu alumnus Unisma angkatan 2001 yang bahkan masih aktif hingga kini bergabung dengan Ikatan Keluarga Alumni (IKA)-Unisma. Menurut dia, Unisma merupakan pusat peradaban pendidikan NU yang terbaik.
Baca Juga: Dukung Tugu Jatim Cup, Rektor Unisma Harap Kesadaran Olahraga Meningkat
“Saya sebagai alumnus sangat bangga. Kecintaan dan kebanggaan saya terhadap Unisma tidak bisa surut. Hingga hari ini, apa yang saya lakukan adalah hasil dari belajar di Unisma,” ujar Arief pada tugumalang.id, Jumat (7/7/2023).

Salah satu karakter yang tak bisa lepas dari Unisma adalah budaya santri. Hingga hari ini, sejumlah usahanya di bidang pangan masih tetap melibatkan kalangan santri.
Sejak awal, usaha itu memang melibatkan kalangan santri di salah satu pondok asuhannya, Pondok Pesantren Nashrul Ummah di bawah Yayasan Nusantara 1 Kudus.
“Waktu saya pulang dari Malang itu, tahun 2006 itu ya kemudian bangun bisnis ini bersama santri. Jadi Ponpes saya itu juga juga disiapkan untuk mencetak wirausahawan handal. Gratis,” kata dia.
Awalnya, secara bisnis memang mau tidak mau juga harus berkompromi dengan banyak hal lain. Namun, Arief berusaha untuk tidak lupa daratan. Bahwa dari pendidikan santri itulah dia berasal. Sehingga dalam usaha bisnisnya juga sebisa mungkin mengangkat jaringan santri.
Pria yang menjabat sebagai bendahara Yayasan Nusantara 1 Kudus ini memang juga memiliki misi untuk memperkuat jaringan santri. Tidak hanya dalam misi pendidikan, tapi juga memiliki daya saing yang mandiri.
“Alhamdulillah sampai sekarang terus berkembang. Tak hanya di satu unit produk saja, juga berkembang ke unit produk pangan lain. Dulu itu seperti minyak goreng hanya produksi 5 ton, sekarang sudah bisa produksi 30 ton bahkan bisa ekspor ke berbagai negara,” ungkap pria yang juga menjabat Wakil Ketua Kadin Kudus ini.
Cerita sukses itu mulai direngkuhnya di usia 40 tahun hingga kini telah memiliki 140-an karyawan. Meski juga mengalami pasang surut, Arief tetap memegang teguh keyakinannya seperti saat dia merantau ke Malang bersekolah di Unisma.
“Tidak mudah menyerah, istiqomah dan jujur,” tegas pria penghobi olahraga roadbike ini.
Komitmen-komitmen itu pula juga didapatnya dari bergabung dengan IKA-Unisma. Di sana, sedikitnya 60 ribu alumni dari berbagai penjuru Indonesia ini terus berkomitmen untuk memberikan kontribusi terbaiknya melalui berbagai program strategis yang telah dicanangkan guna mendukung kemajuan kampus.
Salah satunya, memberikan bantuan beasiswa kepada 50 mahasiswa saat dilanda pandemi COVID-19. Agar mereka tidak putus kuliah. “Kami sangat konsen sekali soal pendidikan. Saya harap ke depan bantuan ini bisa menyasar lebih banyak mahasiswa yang membutuhkan,” ungkapnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A