BATU, tugumalang.id – Penyebab kasus gagal ginjal akut yang baru marak diketahui belakangan ini diduga kuat akibat obat sirop yang mengandung etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Imbauan dari Dinas Kesehatan Kota Batu membuat sejumlah apotek mulai memilah jenis-jenis obat yang dimaksud.
Meski begitu, hingga saat ini masih belum ada informasi lengkap terkait mana-mana saja obat yang harus ditarik dari peredaran. ”Tapi kami apoteker di Kota Batu terpaksa sudah harus mulai memilah obat-obat itu sendiri sebelum ditarik,” kata Rizka Amelia Hanum, salah satu apoteker dihubungi.
Sejauh ini, sejumlah obat yang dipilah antara lain seperti baby couch dan termorex sirup. Penekanan senyawa etilen glikol dan dietilen glikol dalam hal ini memang tidak boleh digunakan dalam formulasi obat.
Namun, sambung dia, dimungkinkan keberadaan kandungan larutan itu selama ini terdapat dalam bentuk kontaminan pada bahan tambahan sediaan sirup dengan nilai toleransi 0,1 persen pada gliserin dan propilen glikol. Serta 0,25 persen pada polietilen glikol. Sehingga batas nilai toleransi tersebut tidak menimbulkan efek samping.
”PT Konimex sendiri sudah memastikan bahwa obat yang diproduksi tidak mengandung EG dan DEG. Tapi mereka tetap memutuskan untuk menarik seluruh produknya. Terutama Termorex sirup 60 ml dengan nomor batch AUG22A06 sesuai surat edaran BPOM,” katanya.
Dinas Kesehatan Kota Batu telah mengimbau seluruh apotek di Kota Batu, Jawa Timur untuk menghentikan penjualan obat sirop. Surat edaran imbauan sudah diserahkan kepada seluruh apotek di Kota Batu.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Kota Batu, dr Susan Indahwati memaparkan jika kasus gagal ginjal akut ini rata-rata menyerang usia 0-18 tahun. Gejala umum yang terjadi biasanya diawali dengan demam selama 14 hari.
”Selain itu juga disertai diare hingga mual muntah. Mereka juga tidak bisa kencing atau produksi urin menurun,” paparnya.
Sementara ini, faktor penyebabnya belum ditemukan. Jika memang gejala-gejala tersebut dijumpai pada anak, diimbau untuk dilakukan penanganan darurat standar atau dibawa ke rumah sakit atau dokter spesialis anak.
”Perhatikan tanda-tanda kewaspadaan dini. Saya imbau juga tidak memberi obat tanpa anjuran daru dokter,” imbaunya.
Sejauh ini, di Kota Batu masih belum mendapat laporan warganya menderita gangguan kesehatan ini. Berdasarkan data resmi dari Kemenkes RI, hingga 18 Oktober 2022 sudah ada sebanyak 206 dari 20 provinsi. 99 anak diantaranya meninggal dunia.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko