BATU, Tugumalang.id – Memasuki Tahun Baru 2023, nasib gedung Kesenian Mbatuaji Kota Batu yang berlokasi di Jalan Oro-Oro Ombo itu kembali dipertanyakan. Hingga saat ini, kondisinya yang memprihatinkan masih belum tersentuh sama sekali.
Seperti diketahui, kondisi gedung yang pernah menjadi saksi era kejayaan band-band dan pelaku seni Kota Batu itu cukup miris. Selain sepi aktivitas, gedung kesenian itu nampak mengalami kerusakan di berbagai sudutnya.
Selain itu, banyak tanaman tumbuh liar pada area panggung outdoor. Sementara pada bagian asbes hingga tembok kantor juga mulai mengelupas. Gedung ini seolah menjadi gedung angker yang tak bertuan.
Paling parah ada pada bagian atap genteng gedung yang rusak parah membentuk lubang menganga. Kondisi itu cukup berbahaya karena gedung ini masih dimanfaatkan untuk pelaku seni latihan.
Mangkraknya gedung membuat Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) gerah dan berencana mengadu kepada DPRD Kota Batu. Ketua DKKB, Sunarto berencana melayangkan surat audiensi ke legislatif agsr nasib gedung kesenian ini tidak terbengkalai.
Padahal, Dinas Pariwisata selaku penanggung jawab berjanji akan segera merenovasinya. Namun hingga saat ini, kepastiannya belum jelas. Jika terus begitu, bangunan gedung ini cukup rawan karena pernah ambrol pada 2021 lalu.
Sejak atapnya jebol, pihaknya melarang ada aktivitas dilakukan di gedung tersebut. Akibatnya, banyak kegiatan latihan seni yang terbengkalai karena kebingungan mencari tempat.
”Kami harap tahun ini sudah bisa direnovasi. Misal Disparta tidak siap mengurus, kenapa tidak diberi ke kami saja? Biar kami yang urus,” tegasnya dihubungi, Senin (16/1/2023).
Selama ini, sebenarnya pihak DKKB ingin berinisiatif untuk merenovasinya secara mandiri. Namun status gedung ini adalah aset milik Pemkot sehingga tidak mungkin untuk direnovasi secara mandiri.
”Semisal anggaran renovasi tidak keluar tahun ini, sebaiknya pengelolaan diberikan kepada kami,” ungkapnya.
Sebelumnya, pihak legislatif juga telah berulang kali mengkonfrontasi agar gedung kesenian lama ini juga diperhatikan. Eksekutif selama ini malah berfokus untuk membangun gedung Art Center dengan skema anggaran sekitar Rp 20 miliar.
Padahal, urgensi Art Center dinilai masih belum penting-penting amat. Namun sudah masuk dalam Penentuan Proyek Strategis Daerah (PSD) Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Kota Batu Tahun 2023-2026. Rencananya, Art Center ini akan dilengkapi fasilitas amphiteater indoor skala besar.
Nurochman, Wakil Ketua I DPRD Kota Batu tegas menilai bahwa urgensi gedung Art Center masih belum begitu penting, Apalagi, sebenarnya Kota Batu masih punya gedung kesenian yang sejatinya masih bisa dioptimalkan dengan baik.
Namun seiring waktu justru eksekutif membangun pusat kesenian baru, seperti diantaranya Sendra Tari Arjuna Wiwaha di Kelurahan Sisir. Kini malah akan ditambah lagi dengan Art Center tepar dibelakang sendra tari tersebut.
Masalahnya, di gedung kesenian lama yang ada di Jalan Oro-Oro Ombo sebenarnya juga punya fasilitas yang sama. Namun tidak dioptimalkan dan dirawat dengan baik.
”Kalau itu dimaksimalkan, maka semangat yang dimaksud untuk membangun iklim kesenian juga pasti bisa kok dilakukan, tidak perlu ada gedung yang baru,” kata Nurochman.
Sepengamatan dia, gedung kesenian Mbatuaji juga masih dimanfaatkan para seniman Kota Batu untuk berlatih. Pemanfaatan tersebut kata dia juga masih bisa memberikan dampak multiplier ekonomi bagi masyarakat sekitarnya selama ini.
”Saya pikir Disparta hanya perlu fokus dan sungguh-sungguh terhadap fasilitas yang sudah ada saja,” tegas dia.
Lalu jika mendengarkan seputar alasan kenapa harus dibangun gedung Art Center baru ini kata Ketua DPC PKB Kota Batu itu dinilai mencerminkan sebuah OPD tidak memiliki perencanaan dan konsep yang matang.
“Jangan hobinya membuat tapi tanpa perencanaan yang matang dan konseptual. Jangan hanya sekedar hanya menggugurkan kewajiban, tapi juga harus dipikirkan sisi edukasi pemanfaatan dan dampak-dampak panjang yang lain. Apalagi ini soal seni budaya, jangan main-main,” tegasnya.
Reporter: Ulul Azmy