Tugumalang.id – Angka kasus Demam Berdarah (DB) di Kota Batu pada 2024 terbilang tinggi. Berdasar data Dinas Kesehatan, paparan virus DB hingga 17 April 2024 telah mencapai 227 kasus DB, 173 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 11 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS).
Total ada 2 kematian akibat paparan DB tersebut seperti di wilayah Kelurahan Temas dan Desa Punten yang kemudian ditetapkan sebagai zona merah. Selain itu, paparan virus yang disebarkan oleh nyamuk ini juga terjadi di semua kecamatan di Kota Batu.
Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati mengatakan jika paparan kasus DB terus mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Cara Pj Wali Kota Batu Peringati Hardiknas dengan Kunjungi Rumah Para Guru
Berbagai upaya telah dilakukan seperti menerjunkan tim jumantik hingga gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin tiap minggunya.
Susan berharap kewaspadaan masyarakat terus ditingkatkan. Ini mengingat hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk mengobati kasus ini. Namun hal ini bisa dicegah jika pasien berobat dini. Pentingnya membawa pasien ke fasilitas kesehatan perlu ditingkatkan.
Untuk mengetahui keluarga anda menderita DBD antara lain sebagai berikut pada umumnya setelah masa inkubasi penderita akan mengalami 3 fase penyakit.
Baca Juga: 10 Orang di Kabupaten Malang Meninggal Akibat Demam Berdarah dalam 3 Bulan
Fase pertama adalah fase demam; walaupun dapat berlangsung selama 2-7 hari tetapi pada umumnya terjadi selama 3 hari. Fase demam (demam hari 1-3) kemudian diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari (demam hari 4-6), dan fase pemulihan (fase reabsorpsi/fase konvalesen).
Menghitung hari demam pada infeksi dengue penting dilakukan karena dengan mengetahui hari demam tersebut kita dapat memperkirakan penderita sedang berada dalam fase tertentu.
Dengan melakukan hal ini kita dapat mengantisipasi tindakan yang harus dilakukan dan dengan demikian angka kematian akan menurun. Upaya peningkatan pemberdayaan dan peran serta masyarakat masih menjadi strategi prioritas dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD.
”Yang jelas fogging ini tidak dilakukan secara rutin karena dapat menyebabkan nyamuk menjadi resisten terhadap insektisida, sehingga pengasapan yang dilakukan akhirnya sia-sia,” kata dia.
Fogging ini, kata Susan hanya memberantas nyamuk dewasa dan tidak mampu membunuh nyamuk yang masih berbentuk jentik atau larva. Sebab itu, warga perlu mengimbangi dengan membersihkan sekitar lingkungan dari tempat penampungan air, baik buatan maupun alami.
”Misal punya pot tanaman terisi air, tempat minum burung, kucing, saluran air yang mampet dan lain-lain yang berpotensi menjadi tumbuh jentik nyamuk,” kata Susan.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A