Malang, Tugumalang.id – Tragedi Stadion Kanjuruhan menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban dan saksi hidup. Bahkan ada cita cita yang tenggelam usai terjadinya tragedi itu.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi usai mendatangi korban tragedi Kanjuruhan di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang pada Senin (10/10/2022).
Dalam kunjungannya, pria yang akrab disapa Kak Seto itu menjenguk korban luka tragedi Kanjuruhan yang masih dirawat di ruang ICU dan HCU RSSA Malang. Salah satu anak yang ditemuinya mengatakan telah mengubur cita-citanya untuk menjadi pemain sepakbola.
“Tadi ada anak yang cita-citanya mau jadi pemain bola, namun ternyata anak ini tidak lagi berminat dengan cita-citanya itu,” kata Kak Seto.

Kak Seto mengatakan, anak tersebut mengalami trauma atas peristiwa Stadion Kanjuruhan. Sebagaimana diketahui, ada 131 suporter telah gugur dalam tragedi itu. Dia menilai memang perlu pendampingan psikologi secara berkelanjutan pada korban tragedi tersebut.
“Kita saja sebagai orang dewasa tentu bisa membayangkan, bagaimana dahsyatnya situasi kepanikan dalam tragedi itu. Jadi psikologis anak ini dipulihkan agar mereka bisa sehat dan aktif kembali,” tuturnya.
“Dukungan dari keluarga untuk memberikan perhatian sangat penting. Jangan sampai ada tekanan maupun kalimat yang menyudutkan anak ini. Hatinya harus dibesarkan,” imbuhnya.
Menurutnya, pendampingan psikologi bagi korban anak dalam tragedi itu sangat mempengaruhi masa depan anak anak tersebut. Dia menyebut juga akan terus memantau perkembangan psikologi anak anak korban stadion Kanjuruhan.
“Kalau tidak diobati akan berdampak pada jangka panjang. Sehingga, kalau tidak diberikan pendampingan psikologis bisa sampai terbawa hingga usia dewasa,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: jatmiko