MALANG, Tugumalang.id – Ada banyak langkah yang harus dilakukan untuk mencegah kasus stunting atau gizi buruk. Namun, Pakar Teknologi Hasil Perikanan Universitas Brawijaya (UB) Prof. Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D punya jurus jitu soal itu, yaitu diversifikasi produk perikanan.
Cara ini sudah disosialisasikan kepada sejumlah masyarakat, terutama di kalangan pelaku UMKM hingga murid-murid yang bersekolah di jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHPi).
Menurut Prof. Sukoso, potensi hasil perikanan merupakan sumber gizi bernilai yang mudah dibudidayakan. Selain ikan, juga bisa dilakukan lewat inovasi penggunaan daun kelor sebagai superfood untuk meningkatkan nilai nutrisi dalam produk olahan ikan.
BACA JUGA: Mahasiswa UB Sukses Budi Daya Axolotl, Salamander Air Endemik Meksiko
“Kami ingin mengubah cara pandang tentang gizi dan memberikan tindakan nyata dalam pencegahan stunting melalui pemanfaatan sumberdaya alam,” ungkap Prof. Sukoso.
Permasalahan stunting kata dia bukan sekedar isu, tetapi menjadi salah satu tantangan krusial yang harus diatasi di Indonesia guna mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Stunting, yang didefinisikan sebagai gagal tumbuh atau mencapai tinggi badan ideal sesuai dengan usia, memiliki dampak yang lebih mendalam. Ini berkaitan dengan bahaya rendahnya konsentrasi anak dalam belajar dan potensi penyakit kronis di usia tumbuh kembang serta usia produktif.
Proses munculnya stunting melibatkan berbagai rantai sebab-akibat, dimulai dari perbaikan gizi pada generasi calon orang tua. Ini mendorong terbentuknya keturunan yang lebih baik yang mampu mengatasi masalah stunting. Kendati banyak disebabkan oleh kondisi ekonomi, potensi sumber daya alam Indonesia seperti ikan dan tanaman, terutama kelor (Moringa oleifera), memiliki potensi besar untuk disinergikan dalam bentuk produk olahan yang bermanfaat.
Kolaborasi antara pendidikan dan kesehatan yang dapat memberikan dampak positif pada penanganan stunting ini merupakan tindakan nyata dari pengajuan dana Hibah Penelitian Unggulan (HPU) dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UB. Program ini didukung penuh oleh Prof. Luchman Hakim, SSi., M.Agr.Sc., Ph.D selaku ketua LPPM UB.
Produk olahan yang dihasilkan dari program ini berhasil menarik minat masyarakat umum khususnya pelaku UMKM, generasi milenial, dan gen-Z. Dengan dorongan ini, upaya penyadaran dan pemahaman dilakukan, terutama kepada kaum terdidik sebagai calon penerus bangsa.
Tidak hanya terbatas pada diversifikasi produk perikanan, Prof. Sukoso juga mengedukasi peserta tentang kehalalan produk. Ia memberikan wawasan mengenai peraturan pemerintah terkait kehalalan produk, dan menegaskan kesiapannya untuk membantu sekolah dalam mengurus izin halal dan BPOM sebagai bagian dari upaya keberlanjutan.
Tim penelitian yang dipimpin Prof. Sukoso ini diperkuat oleh anggota-anggota berkompeten seperti Dr. Ir. Hartati Kartikaningsih, M.Si, Prof. Dr. Dra Herawati, MP (FKH-UB), dan tim mahasiswa pascasarjana Muhammad Zubir, S.TP., Sorbakti Sinaga, S.Pi serta moderator Riris Waladatun Nafi’ah, ST.
Untuk mengoptimalkan hasil, tim ini juga diperkuat oleh berbagai ahli seperti Letda dr. Amega Furimasta dari TNI Angkatan Darat, Luai Hana Adilla, S.Farm, Apt. sebagai apoteker dan pemilik apotik Mitrabahari yang tengah menempuh studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, serta drh. Islah Asyraf Diari, alumni UB yang berkontribusi di bidang Halal Internasional Digital.
Prof. Sukoso telah membuktikan bahwa upaya nyata dan pengetahuan mendalam dapat menginspirasi perubahan positif. Sebagai contoh nyata, upaya dalam pendidikan di SMKN 4 Probolinggo menjadi teladan bagi upaya mencegah stunting dan meningkatkan kualitas masa depan anak-anak Indonesia.
“Dengan bimbingan yang tepat dan kehadiran para ahli, langkah kecil ini diharapkan akan tumbuh menjadi gerakan besar yang membawa Indonesia ke arah masa depan yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing,” pungkas Sukoso.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko