Oleh: ABD. AZIZ
Saat membuka WhatsApp Group IKA UIN Malang pada Minggu (23/4) pagi, saya shock membaca postingan Gus Halimi, yang menyebutkan bahwa Profesor Imam kecelakaan, tepatnya terpeleset saat hendak memberi pakan Lele di samping kediamannya.
Segera saya telepon Mas Fuad, putra Pak Imam, biasa saya sapa, untuk mengetahui apa yang terjadi pada sang Bapak. Apa sudah dibawa ke Rumah Sakit, diambil tindakan medis, bagaimana kondisi terkini. Mungkin karena diselimuti rasa panik dan sedang mendampingi Pak Imam, bunyi dering telepon saya tidak terangkat. Akhirnya, saya putuskan mengirim pesan suara untuk kepentingan dimaksud.
Selang berapa menit, Mas Fuad merespon melalui teks WhatsApp. “Bapak jatuh di tangga belakang rumah. Dilarikan ke RSU UMM, dan sudah menjalani operasi jam 09 pagi. Kini dirawat di lantai 5, tepat di depan resepsionis, Pak Aziz”. Demikian informasi yang masuk ke beranda WhatsApp saya.
Seketika saya minta Mbak Lika, istri untuk bersiap menjenguk Pak Imam.”Sayang, siap-siap sekarang kita jenguk Pak Imam di RS UMM, mumpung Ayah di Malang,” pinta saya padanya. Sejurus kemudian, saya menembus malam, menyusuri jalan menuju RS yang berada di kawasan Jalan Raya Tlogomas, itu.
Akhirnya, saya bergegas masuk RS dan langsung menemui Pak Imam yang terbaring lemas, sakit. “Assalamualaikum, Prof,” uluk salam saya, sembari berjabat tangan dan bertanya tentang kondisi Pak Imam. “Waalaikumussalam, Mas Aziz,” jawab Pak Imam sekaligus menjelaskan kronologi peristiwa yang terjadi, menimpa dirinya pada Sabtu (22/3) malam, itu.
“Karena besoknya hendak panen dan dikonsumsi masyarakat, sekira jam 22.00 WIB, saya sengaja memberi pakan Lele di samping rumah. Tapi, nahas terjadi. Saya terpeleset dan jatuh! Saya teriak minta tolong pada Fuad tapi tak mendengar. Sepuluh menitan saya terkapar di dekat kolam,” ungkap Pak Imam.
“Karena suara saya tak terdengar sama Fuad, akhirnya saya pasrah. Mungkin besok pagi, Fuad bisa nolong. Tetapi, alhamdulilah, Fuad datang dan segera membopong saya ke dalam rumah. Awalnya dipanggilkan Sangkal Putung. Tapi kaki masih terasa sakit, dan rasanya beda. Akhirnya, atas masukan seorang dokter, saya bersedia untuk dibawa ke RS UMM,” tambah Pak Imam.
“Saya juga bersyukur karena Profesor Muhajir (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) Pak Fauzan (Rektor UMM) berkomunikasi memberi semangat kesembuhan, dan meminta RS UMM untuk memberikan layanan terbaik. Katanya, saya sesepuh UMM. Betul, walaupun saat ini masih suasana lebaran IDULFITRI, saya mendapatkan layanan prima,” cerita Pak Imam.
“Tadi pagi saya dioperasi, dan di luar dugaan, rekam medik menunjukkan bahwa kaki saya patah! Ya Allah, saya tertegun dan pasrah pada upaya medis hingga Mas Aziz menjenguk saya sekarang,” kata Pak Imam. “Oh ya, Mas Aziz lama tak main ke rumah. Ibunya tanya terus. Kangen cucu-cucunya, katanya. Sudah besar-besar, ya pastinya anak sampean,” tegur, Pak Imam pada saya.
Mendengar teguran itu, jujur, ada perasaan bersalah karena satu dan lain hal, saya lama tak silaturrahim padanya. Untuk sekadar bertanya kabar dan kesehatan, juga menyimak nasihat-nasihatnya yang masih segar. Profesor Imam, selain memimpin dan memajukan Kampus dengan cara tidak biasa (progresif) hingga mengalami kemajuan yang pesat, ia dosen Pengantar Ilmu Politik saat saya studi S-1 di STAIN, kini UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Para alumni menyebut, Rektor UIN itu, Pak Imam. Sedang yang lain hanya melanjutkan. Penyematan itu, mungkin karena ia dianggap Bapaknya UIN Malang, yang begitu berjasa pada kemajuan institusi, terlebih segenap warga civitas akademika.
“Inggih, Prof. Selain merawat Kanjeng Ummi yang sedang sakit, saya kerap keluar Kota. Konsentrasi mewarnai Yudikatif, dan mengabdi pada masyarakat. Berjibaku memajukan Firma Hukum PROGRESIF LAW dan bergelut dengan dunia advokasi, baik litigasi maupun non litigasi. Di luar itu, sudah tiga tahun ini mendampingi Pak Bibit Samad Rianto, eks Komisioner KPK. Kebetulan diamanti sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK),” jawab saya pada Pak Imam.
“Jadinya, harus keliling dan lumayan menyita waktu. Melantik, dan membina DPW Provinsi dan DPD Kota/Kabupaten atau gabungan Kota dan Kabupaten se-Indonesia. Maafkan saya nggih, Prof. Insya Allah saya dan keluarga silaturrahim, sowan kembali setelah Prof dibolehkan pulang dari RS.” tambah saya meyakinkan Pak Imam.
Walaupun Pak Imam mengalami cidera, terbaring lemah di RS, dan rajin mengkonsumsi obat, ia tetap seperti biasa. Semangat berdiskusinya tak berkurang. Bahkan, dari tema ringan sampai tergolong berat. Tema politik kebangsaan tak luput dari pembahasan. Pileg, Pilbup/Pilwali, Pilgub, dan juga Pilpres, tentunya. Di sela-sela itu, ia sesekali menjelaskan tentang pentingnya berdikari dan berbagi pada masyarakat. Ternak Lele adalah media Pak Imam untuk berbagi dengan masyarakat sekitar.
“Tiap peristiwa meninggalkan pesan, Pak Imam. Dalam teologi keislaman, disebut dengan hikmah. Agama menganjurkan agar kita pandai memetik hikmah. Saya yakin, kejadian ini juga mengandung pelajaran. Selain lebih berhati-hati dalam merawat Lele sebagai ladang ibadah, terlebih Pak Imam, insya Allah diminta istirahat oleh Allah SWT. Tak saja fisik, pikiran pun diistirahatkan. Ini waktu yang tepat untuk istirahat dari hiruk pikuk aktifitas dan kewajiban di pundak Pak Imam agar kesembuhan segera menghampiri,” saran saya padanya.
Sahabat civitas akademika dan para alumni UIN Malang dimanapun anda berada. Kiranya berkenan mengalirkan doa untuk kesembuhan guru kita, Profesor Imam. Beliau harus dirawat di RS tiga hingga sepekan ke depan. Beliau pakai Pen untuk menyambungkan kembali kaki yang hasil diagnosisnya patah! Setelah itu, sudah boleh pulang ke rumah. Harus latihan dan latihan. Insya Allah butuh waktu tiga bulanan untuk pemulihan total.
Tak terasa, malam kian larut. Saya dan istri tak ingin terlalu lama mengganggu Pak Imam yang sejatinya harus istirahat penuh. Saya memberi kode pada Bundanya anak-anak, pertanda akan menyudahi waktu besuk untuk Pak Imam. Saya pamitan padanya, juga Mas Fuad. “Izin undur diri, Pak Imam. Panjenengan istirahat nggih. Semoga lekas pulang ke rumah, sembuh seperti sedia kala, dan dapat beraktifitas seperti biasa. Umat menunggu kehadiran Bapak,” tutup saya sebelum membalikkan badan meninggalkan Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang. (*)
*Advokat, Legal Consultant, Mediator dan CEO Firma Hukum PROGRESIF LAW. Kini, Sekjen DPP Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK)