MALANG – Sebuah situs kuno di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang yang diperkirakan berasal dari jaman Kerajaan Mataram Kuno mulai digali atau diekskavasi.
Kegiatan ini dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang serta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaloka Malang.
Situs tersebut terletak di tengah kebun tebu dan diperkirakan dibangun pada masa Mpu Sindok, raja pertama Mataram Kuno yang berkuasa pada abad ke-10 Masehi.
Lokasi ekskavasi berupa gundukan tanah atau gumuk dengan lebar sekitar 15 x 15 meter dan tinggi hampir 3 m.
Di dalam lokasi tersebut terdapat sebuah batu yoni berukuran 0,8 x 0,8 meter, beberapa batu andesit berbentuk segi empat, dan sebaran batu bata dengan dimensi cukup besar.
Batu yoni yang ditemukan di sana memiliki bagian atas yang lebih lebar dibandingkan dengan bagian bawahnya. Agar batu tersebut tidak dicuri orang, warga menyemen bagian fondasinya.
Kegiatan ekskavasi situs yang dikenal dengan nama Situs Srigading ini dilaksanakan pada 7-12 Februari 2022. Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto turut hadir dalam kegiatan ekskavasi, Selasa (8/2/2022).
Pada kesempatan tersebut, ia menuturkan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang siap mendukung kegiatan pelestarian cagar budaya.
“Tugas Pemkab Malang setelah proses eksvakasi ini adalah memelihara keberlanjutannya melalui Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan dalam bentuk cagar budaya,” ujar Didik
Setelah proses ekskavasi tuntas, Pemkab Malang akan mendukung pembangunan infrastruktur di sekitar situs agar bisa menambah nilai kepariwisataan.
“Setelah proses eksvakasi dilakukan, nanti bisa didukung dengan membangun insfrastruktur dan fasilitas penunjang. Jalan harus diperbaiki dan nanti akan ditempatkan solar cell. Karena (situs) ini sesuatu yang memiliki dimensi kepariwisataan serta dimensi spiritual yang memang harus disupport oleh Pemkab Malang,” imbuh Didik.
Lebih lanjut, ia berharap Situs Srigading bisa menjadi tempat edukasi bagi generasi muda agar memahami bahwa ada peradaban yang cukup tua dan mereka merupakan leluhur kita.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor:jatmiko