Oleh: Achmad Faisol*
Tugumalang.id – Di antara lalu lalang perjumpaan jiwa
Ada gejolak rindu tumpah ruah
Tak ada dimensi
Namun masih saja ambisi-ambisi hendak menepi
Dengusan syahwat bak petir
Sedang kekosongan pun kini berbuah keakraban
***
Di sini, aku bergumam pada bulan
Berharap serupa hujan yang setia basahi rindu
Barangkali juga ia kembali bercerita tentang asal muasal keramahan
Apa yang retak padamu bunyinya didadaku katanya
Kian meradang senyumku, jawabku
Sementara kucoba membisu namun bergeming syahdu
Kucoba bisikan resah namun menghening
***
Serupa lahan yang setia menumbuhkan kembang
Serupa bunga yang setia mewangi
Serupa rindu yang setia bergejolak
Serupa cinta yang setia menjadi tuan
Sampaikan dan katakan pada embun
Kini dadaku sedang siap kau jamah
***
Dan jika tiba saatnya matahari mematangkan gunung-gunung
Liatlah di atas gubuk tempat masa kecilku membakar dupa
Sebuah persaksian akan ketiadaan terbakar bersamanya.
*pegiat literasi dan sastra Malang
Editor : Herlianto. A