Tugumalang.id – Batu Secret Zoo sebagai kebun binatang dan juga lembaga konservasi di Kota Batu mendapat kelahiran baru dari sejumlah koleksi indukan satwa selama masa PPKM Darurat. Jalan sebulan hingga kini ganti nama menjadi PPKM Level 4, tercatat ada 6 kelahiran baru.
Keenam satwa itu adalah spesies Chapman Zebra, monyet jenis Colobus Monkey yang jarang dipunyai kebun binatang lain, dan berang-berang jenis Small Clawed Otter. Ada juga primata-primata kecil lain seperti Red Handed Tamarin, White Footed Tamarin, hingga monyet mini atau Pygmy Marmoset.
Dikatakan Dokter Hewan Batu Secret Zoo, drh Rossy Margaretha, bahwa proses kelahiran keenam satwa ini berjalan secara alami. “Semua alami mulai proses kawin sampai kelahiran, karena keenam satwa ini juga ada pejantan yang hidup di satu kandang,” kata Rossy, pada Minggu (8/8/2021).
Tak hanya itu, dari sejumlah koleksi itu mengalami proses kelahiran kembar. Ada 3 jenis satwa seperti Red Hand Tamarin, White Footed Tamarin, dan Pigmy Marmoset. “Apalagi 3 jenis satwa ini adalah primata paling kecil di dunia dan bukan endemik Indonesia. Jadi dengan kelahiran ini jadi hal yang membanggakan bagi kami,” katanya.
Selain itu, suburnya kelahiran satwa jenis Colobus Monkey asal Afrika juga menjadi kabar gembira bagi Batu Secret Zoo. Dengan begitu, total populasi Colobus Monkey di sini bertambah jadi 6 ekor.
Jika diamati, warna bulu dari anakan monyet ini didominasi warna putih. Tapi begitu dewasa, warna bulu ini akan berubah secara alami menjadi hitam dengan surai warna putih di bagian ekornya. Kata Rossy, itu adalah kamuflase alamiah dari Colobus Monkey untuk mengecoh predatornya.
Terlepas dari itu, dihadapkan masa sulit pandemi COVID-19, Batu Secret Zoo tetap berupaya memberi perawatan ekstra. Apalagi, dihadapkan dengan virus yang juga berpotensi menular kepada satwa, khususnya primata.
”Namun sejauh ini masih aman, belum ada hewan yang sampai tertular corona,” katanya.
Selama pandemi, tim dokter hewan di JTP Group terus melakukan pemantauan dan perawatan secara rutin kepada sekitar 1.000-an ekor satwa dan sekitar 200 jenis spesies hewan.
Perawatan yang dilakukan mulai medical check up rutin, pemberian asupan vitamin dan nutrisi tetap dijaga. Selain itu, selama pandemi, SOP Biosecurity juga diperketat. Mulai desinfektan atau sterilisasi kandang rutin.
”Selain itu, dari petugas juga memakai peralatan kerja seperti glove dan masker saat merawat hewan-hewan yang memiliki potensi penularan zoonosis, khususnya primata dan mamalia,” paparnya.
Selain itu, Rossy juga memastikan seluruh karyawan yang melakukan perawatan pada satwa sudah tervaksin COVID-19. ”Semua karyawan di sini, termasuk petugas kesehatan hewan sudah divaksin,” jaminnya.
Di tengah situasi sulit seperti ini, pihaknya masih terus berupaya memberikan perawatan terbaik. Meski memang harus terseok-seok lantaran tidak ada pemasukan sama sekali selama PPKM. Kendala paling buruk terjadi adalah pada ketersediaan stok pangan.
Namun kata Rossy, stok pakan satwa yang dimiliki di sini masih aman hingga 6 bulan ke depan. Untuk satwa karnivora misalnya, kini diberikan alternatif pakan lain yang lebih murah yakni daging kanguru.
”Kalau biasanya kami selingi daging sapi dan kelinci. Tapi selama pandemi ini kami siapkan daging kanguru lebih banyak karena harganya di sana jauh lebih murah, karena kanguru ini memang menjadi hama karena populasinya yang banyak,” pungkasnya,
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti