Tugumalang.id – Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tapi juga berdampak pada runtuhnya perekonomian masyarakat di Indonesia, tak terkecuali di Kota Malang.
Baru-baru ini, tersiar kabar bahwa beberapa kampung tematik di Kota Malang terancam bangkrut dan harus mati suri atau kolaps.
Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi, mengatakan bahwa sinyal keterpurukan kampung-kampung tematik ini terlihat sejak tahun 2020.
“Karena saat itu pengunjung langsung berkurang, lalu banyak event yang telah diagendakan harus tertunda begitu saja. Sedangkan kegiatan kerja sama seperti dalam konteks studi banding antar kampung tematik atau antar daerah itu berhenti begitu saja,” terangnya, pada Senin (09/08/2021).
Kemudian, tambah dia, penerapan PSBB pertama dan kedua di Kota Malang tahun 2020, membuat kampung-kampung tematik itu makin terpuruk.
Kata dia, di akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021 saat penyebaran COVID-19 mulai melandai, sebenarnya perekonomian sudah mulai berjalan lagi. Keberlanjutan hidup kampung-kampung tematik ini juga mulai berjalan kembali.
“Kondisi pandemi yang sudah mulai landai itu, di bulan Oktober 2020 mulai full kegiatan di 15 kampung dari total 21 kampung tematik. Wisata kembali dibuka dengan ditandai event yang dilaksanakan satu bulan full (penuh), itu tanda kembali menerima kunjungan,” paparnya.
Pria yang akrab disapa Ki Demang ini mengatakan, meskipun selama masa new normal tersebut jumlah pengunjung harus dikurangi menjadi 10-30 persen dari kapasitas lokasi kampung tematik, tapi perekonomian sudah mulai berjalan lagi.
Namum, kondisi new normal tersebut tidak berjalan lama, masuknya varian baru COVID-19 jenis Delta membuat pandemi melonjak lagi.
Hal ini membuat objek-objek wisata harus ditutup dan kampung-kampung tematik ini harus mati suri kembali. Ditambah pelajar dan mahasiswa di Kota Malang yang harus belajar daring, padahal kebanyakan pengunjung kampung-kampung tematik ini adalah mahasiswa.
“Otomatis harus tutup total dan tidak menerima kunjungan sama sekali, Sebenarnya ada 10 kampung tematik yang tingkat kunjungannya tinggi (eksis), terus ada 5 kampung yang berkembang, dan 6 kampung yang sekarang mati suri dan memilih untuk vakum,” ungkapnya.
Keenam kampung tersebut diantaranya adalah Kampung Keramat Kasin, Kampung Lampion, Kampung Gerabah Penanggungan, Kawasan Wisata Panawijen, Kampung Bambu Mewek, dan Kampung Rolak Indahku.
Lebih lanjut, Ki Demang mengatakan bahwa sebenarnya keenam kampung tersebut bukan tutup total. Tapi hanya sementara dikembalikan pada kampungnya untuk mengkoordinasi.
“Jadi sampai saat ini, kita dari Forkompokdarwis tidak bisa sampai level mengusulkan untuk pembekuan. Kita koordinasi saja dan kita menyemangati yang mati suri (vakum) itu untuk tetap bertahan,” tuturnya.
Terakhir, dia mengatakan bahwa seharusnya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang memberikan bimbingan teknik (bimtek) kepada setiap kampung tematik tersebut. Tujuannya agar masyarakat sekitar mendapatkan pemanduan wisata dan pembangunan wisata secara terstruktur.
“Tujuannya untuk bagaimana cara membangun dan mengembangkan wisata di kampungnya. Tapi itu nanti akan ada seleksi alam dengan sendirinya. Yang terpenting harapan kami setelah COVID-19 hilang mereka (enam kampung tematik) bisa kembali hidup,” pungkasnya.
Reporter: Rizal Adhi
Editor: Lizya Kristanti