Kota Batu, Tugumalang.id – Ribuan anak di Kota Batu, Jawa Timur diketahui masih banyak yang putus sekolah. Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah anak tidak sekolah di Kota Batu mencapai 1.395 anak.
Hal ini dibenarkan Sekretaris Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Batu, Yayat Supriyatna menyatakan jika dari jumlah itu terdiri dari drop out, lulus tidak melanjutkan (LTM) dan Belum Pernah Bersekolah (BPB).
Namun jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik, rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk berusia 25 tahun ke atas di Kota Batu sebesar 9,85 tahun pada 2023. RLS itu menunjukkan rata-rata penduduk Kota Batu hanya sekolah sampai jenjang kelas IX atau kelas 3 SMP.
Baca Juga: Memprihatinkan, Ribuan Anak di Kabupaten Malang Putus Sekolah
”Hanya saja untuk data masing-masing jenis ini masih sedang disinkronkan. Jadi untuk data ini belum diketahui karena dikeluarkan atau mutasi, serta alasan tidak melanjutkan sekolah,” jelas Yayat, Senin (11/11/2024).
Yayat menambahkan jika data tersebut masih ada kemungkinan mengalami penurunan atau pertambahan. Saat ini, masing-masing pemerintah desa dan kelurahan masih melakukan survei ke lapangan.
“Data 1.395 ATS tersebut semuanya tersebar di 3 kecamatan di Kota Batu. Kategori ATS di setiap kecamatan hampir sama dengan data keseluruhan,” ujarnya.
Fenomena rendahnya angkatan sekolah di Kota Batu ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah paling besar bagi banyak pihak, terutama bagi orang tua. Hal ini dibenarkan oleh Pengamat pendidikan Universitas Brawijaya Andhyka Muttaqin.
Menurut Andhyka, rendahnya RLS di Kota Batu itu tidak hanya terkait sarana dan prasarana pendidikan, namun juga peran orang tua dalam mendorong anaknya bersekolah minimal 12 tahun.
Ia menemukan sejumlah fakta bahwa banyak orang tua di Kota Batu masih beranggapan bahwa sekolah tidak perlu tinggi-tinggi. Yang penting bisa bekerja dan menghasilkan uang.
Menurut dia, orang tua memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sudah seharusnya, para orang tua berpikir memandang bahwa pendidikan seseorang erat dengan peluang pekerjaan yang didapat.
Selain itu, latar belakang pendidikan yang baik juga bisa meningkatkan kualitas produksi sebuah industri. Sebagai contoh, petani lulusan SD atau SMP kemungkinan besar hanya akan menjadi buruh tani.
Berbeda dengan peluang yang dimiliki sarjana pertanian yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan hasil produksi pertanian. Hukum ini sama bagi anak-anak lain di bidang perhotelan, wisata, rumah makan, atau bidang-bidang lainnya.
Baca Juga: DPRD Kota Malang Desak Pemkot Petakan Penyebab Tingginya Angka Putus Sekolah
”Jadi saya kira, peran orang tua sangat penting dalam memberikan pemahaman kepada anak,” ungkap dosen administrasi publik Universitas Brawijaya ini.
Andhyka menjelaskan di tengah persaingan global yang semakin ketat, pendidikan mutlak menjadi pondasi utama yang harus dimiliki generasi muda, khususnya di Kota Batu.
”Dengan begitu, mereka dapat berkomtribusi terhadap pembangunan sehingga tidak hanya mwnjadi penonton di tengah pembangunan pariwisata,” imbaunya.
Andhyka menegaskan jika pendidikan juga harus menjadi konsen dan komitmen dari kepala daerah untuk membangun pemerataan standarisasi kualitas lembaga pendidikan di Kota Batu.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Reporter : M Ulul Azmy