Tugumalang.id – Wisma Tumapel dikenal sebagai bangunan horor di Kota Malang. Banyak cerita mengerikan tentang rumah peninggalan Belanda itu. Salah satunya, adanya penampakan yang disebut-sebut sering muncul di lantai tiga bangunan tersebut.
Cerita yang beredar di masyarakat, ada sesosok noni Belanda yang sering menampakkan diri di lorong lantai tiga belakang bangunan itu. Selain itu, ada juga sosok tentara Belanda yang memakai seragam lengkap biasanya ada di tangga wisma ini. Serem sekali membayangkannya.
Namun kini, Wisma Tumapel telah direnovasi dan sering dikunjungi masyarakat setempat untuk sekedar berjalan-jalan di sekitar bangunan itu. Bahkan dijadikan tempat wisata hingga dipakai untuk foto buku kenangan.
Sejarah Wisma Tumapel
Wisma Tumapel berdiri sejak tahun 1928. Awalnya, bangunan itu merupakan hotel mewah bernama Splendid Inn. Gedung yang memiliki konsep ikonik bernuansa Eropa itu berdiri megah di ujung jalan Majapahit dan Jalan Tumapel, Kota Malang. Tepat berada di sebelah barat Balai Kota Malang sekarang.
Pada 1944, Wisma Tumapel diambil alih Jepang setelah berhasil menguasai Indonesia. Oleh Jepang digunakan untuk kantor pemerintahan.
Setelah Indonesia merdeka 1950, bangunan ini berpindah kepemilikan dan dimanfaatkan sebagai wisma dosen dan ruang kelas oleh FKIP Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR). Pada 1968 hingga saat ini bangunan peninggalan Belanda itu dimiliki oleh Universitas Negeri Malang (UM).
Seluk Beluk Gedung Wisma Tumapel
Wisma Tumapel sempat lama terbengkalai hingga akhirnya direnovasi pada 2015. Namun wisma ini belum difungsikan dan masih kosong hingga saat ini. Bangunannya terbagi menjadi tiga lantai, yaitu basement di bawah, bangunan lantai satu dan lantai dua yang mana ruangannya masih kosong dan terkunci.
Untuk berkunjung ke sana, kalian perlu membayar biaya sebesar Rp10 ribu per orang serta wajib menyerahkan kartu identitas seperti KTP atau Kartu Pelajar pada penjaga wisma.
Di depan pintu masuk ada ayunan kayu yang tampak kusam. Lalu setelah pintu masuk ada dua orang penjaga yang menunggu wisma ini. Jika datang bersama-sama hanya perlu membayar biaya masuk dan menunjukan kartu identitas agar dapat masuk ke dalam gedung. Sayangnya, penjaga wisma tidak bersedia diwawancarai mengenai wisma ini.
Saat saya masuk ke gedung itu bertemu tiga orang anak SMK Laboratorium di lantai satu. Mereka berkunjung ke wisma ini untuk survei tempat foto tahunan buku kenangan mereka.
“Kami mau survei tempat untuk foto buku kenangan,” ujar salah satu anak tersebut.
Saya penasaran mengapa memilih wisma ini untuk foto buku kenangan. Mereka menjawab karena Wisma Tumapel sangat menarik, terlebih konsep foto ala Danur cocok dengan tempat bernuansa Belanda ini.
“Kita mau foto pakai konsep ala Danur gitu. Soalnya cocok aja sama tempat ini,” kata mereka.
Saya lanjut naik ke lantai satu, di situ ada seperti lorong-lorong yang tampak sepi dan kurang terawat. Saya terus naik ke lantai dua. Di situ suasananya masih tampak sepi. Ruangan pada bangunan lantai dua ini banyak yang kosong dan terkunci rapat.
Namun ada yang menarik yaitu pemandangan Sungai Brantas terlihat jelas. Suara aliran air sungai yang mengalir deras juga terdengar dengan jelas. Saya mencoba menghitung jumlah ruangan bangunan ini, kurang lebih ada 95 ruangan termasuk ruang basemen.
Saya lalu turun ke lantai basemen. Keadaan ruangan sangat singup dan gelap. Di situ ada pintu bertulskan ‘Ruangan 95 Basemen’ yang sedikit terbuka. Sepertinya, pintu itu yang disebut-sebut tembus menuju SMA Tugu.
Wisma Tumapel juga tampak menawan dari belakang. Dari belakang terlihat sebagai bangunan tinggi dengan jendela kayu yang masih berdiri kokoh. Ini cocok menjadi spot foto karena bergaya klasik.
Penulis: Dewi Ayu Wijayanti
Editor: Herlianto. A