Tugumalang.id – Permasalahan sedimentasi terjadi hampir di seluruh bendungan di Indonesia. Sebab utamanya karena laju erosi lahan di hulu sungai semakin tinggi karena tutupan lahan yang semakin gundul. Ini juga terjadi di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Sumatera Utara.
Tercatat terdapat sekitar 192.400 hektare lahan di kawasan DAS Asahan bagian hulu mengalami erosi berat. Sedikitnya 116.000 hektare lahan kritis perlu segera direhabilitasi. Ini tentu harus diatasi agar ketersediaan aliran sumber daya air tetap terjaga secara berkelanjutan.
Sebagai pengelola sungai di wilayah Sungai Toba Asahan, Perum Jasa Tirta I (PJT I) melakukan upaya konservasi penanaman pohon di sejumlah lahan kritis milik masyarakat. Terbaru, PJT I melakukan penanaman pohon di 900 hektare lahan kritis di kawasan Danau Toba, Rabu (21/12/2022).
Seperti di Kabupaten Samosir sebesar 500 hektar Kabupaten Toba, 250 hektare, Kabupaten Humbang Hasundutan 100 hektare, Kabupaten Tapanuli Utara, saat ini sedang berjalan di 50 hektare lahan kritis.
Selain di DTA Danau Toba, penanaman pohon juga dilakukan di area Sungai Asahan dengan luas lahan sebesar 75 hektare yang menjadi bagian dari PJPSDA dengan PT Bajra Daya Sentra Nusa.
Di Kabupaten Toba sendiri kegiatan penghijauan dilakukan di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Ajibata, Kecamatan Lumban Julu dan Kecamatan Bonatua Lunasi.
Penanaman pohon tersebar di sejumlah desa. 6 desa di Kecamatan Ajibata dengan total luasan 86,38 Ha, 8 desa di Lumban Julu dengan total 134,17 Ha. Sementara sisanya, sekitar 23 Ha tersebar di 3 desa di Kecamatan Bonatua Lunasi.
Hampir seluruh bibit konservasi ditanam di lahan masyarakat yang teridentifikasi sebagai areal kritis. Dengan bertambahnya populasi pohon diharapkan dapat menambah tutupan lahan dan meminimalisir sedimentasi agar tidak turun ke sungai sehingga kapasitas aliran sungai menurun.
Pohon Juga Sumber Ekonomi Warga
Tak hanya bermanfaat sebagai konservasi, pohon-pohon ini juga bermanfaat bagi masyarakat pemilik lahan itu sendiri. Direktur Operasional PJT I Milfan Rantawi menuturkan masyarakat hanya perlu memastikan pohon itu tumbuh sampai besar tanpa modal sama sekali.
“Mulai dari bibit sampai tahap perawatan kami yang tanggung. Nanti kalau sudah berbuah, yang dapat manfaatnya ya mereka sendiri, bukan buat kami. Kami hanya mendapat manfaat konservasinya saja,” tutur Milfan.
Bibit yang ditanam menyesuaikan permintaan dari pemilik lahan. Rata-rata yang diminta adalah jenis tanaman produktif buah-buahan, seperti Alpukat dan Durian. Jika berbuah, yang menuai cuan dipastikan adalah pemilik lahan itu sendiri.
“Misal satu pohon durian itu bisa panen sampai 300 buah dalam satu kali musim itu sudah cuan sampai Rp 4,5 juta. Itu baru satu pohon aja lo,” kata dia.
Meski begitu, lanjut Milfan, kesadaran masyarakat dalam hal ini masih minim. Tantangan terberat bagi PJT I adalah memastikan peran dan komitmen masyarakat yang digandeng benar-benar merawat pohon itu sampai tumbuh besar.
“Sejauh ini yang sudah keliatan hasil masih di Pulau Samosir itu sudah 4 tahun lalu. Sekarang tinggal nunggu berbuah,” ujarnya.
Lepas dari itu, pihaknya tetap berkomitmen untuk terus melakukan upaya pemulihan. Semua demi agar Danau Toba yang menghidupi masyarakat di sekitarnya puluhan tahun itu tetap lestari, baik lingkungan dan juga sumber daya airnya.
Konservasi Perhatian Utama
Pada prinsipnya, papar Milfan, PJT I tetap berpegang teguh bahwa konservasi lahan tetap jadi perhatian utama untuk mengawetkan air agar Danau Toba dan Sungai terjaga. “Bagaimana pun, Danau Toba ini harus tetap lestari,” tandasnya.
Sementata, Kepala Sub DJA V/1 PJT I, Bayu Sakti menambahkan bahwa lahan kritis di Desa Sibisa memang menjadi prioritas pemulihan. Pasalnya, seiring waktu terjadi peningkatan bukaan lahan yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya air.
Meski begitu, upaya konservasi ini juga dilakukan selaras dengan kebutuhan ekonomis masyarakat itu sendiri. Sebab itulah sebisa mungkin PJT I memberi bibit jenis pohon produktif yang memiliki nilai ekonomis.
“Seperti Durian, Apukat, Jengkol, Aren dan lain-lain itu punya manfaat ekonomi, sekaligus konservasi. Pohon-pohon ini sangat bagus untuk menahan laju sedimentasi yang berpotensi terjadi pendangkalan sungai,” pungkasnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A