MALANG, Tugumalang – Aksi “Malang Menghitam” yang dilakukan Aremania bertepatan dengan 40 hari Tragedi Kanjuruhan berlangsung damai dan lancar. Tidak tampak aparat kepolisian berseragam melakukan pengamanan dalam aksi yang terpusat di bundaran Tugu Kota Malang pada Kamis (10/11/2022) itu.
Dalam aksi itu, ribuan Aremania melakukan long march dari Stadion Gajayana Kota Malang mulai sekitar pukul 12.00 WIB. Long march itu dilakukan dengan melalui Jalan Tangkuban Perahu, Jalan Kawi, Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Jalan Kahuripan hingga berakhir di titik pusat di bundaran Alun Alun Tugu Kota Malang.
Dalam long march itu, Aremania menggotong ratusan keranda dan ratusan foto korban Tragedi Kanjuruhan. Selain itu, mereka juga melakukan aksi teatrikal Tragedi Kanjuruhan. Aremania memperagakan aksi penembakan gas air mata hingga menginjak injak suporter Arema FC.

Tak hanya itu, ribuan Aremania juga melakukan aksi doa bersama untuk para korban meninggal Tragedi Kanjuruhan. Kemudian mereka melakukan orasi untuk menyampaikan tuntutan keadilan bagi para korban Tragedi Kanjuruhan meski hujan lebat mengguyur mereka.
Dalam aksi Malang Menghitam itu, Aremania menyuarakan tiga tuntutan utama. Mereka menyebutnya sebagai Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat.
1. Seret, tangkap dan adili:
a. Seluruh aktor dibalik Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
b. Seluruh eksekutor lapangan Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022
2. Jadikan Tragedi Kanjuruhan sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, bukan hanya sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) ringan.
3. Bayar segala kerugian yang diderita korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 melalui mekanisme kompensasi dan restitusi.
Dalam aksi itu, sama sekali tidak tampak aparat kepolisian berseragam melakukan pengamanan. Bahkan hanya tampak petugas Satpol PP Kota Malang dan armada Pemadam Kebakaran Kota Malang yang bersiaga diantara aksi Aremania.
Menanggapi hal itu, Koordinator Aksi Aremania, Arif Setiawan mengatakan bahwa Aremania memang cinta Kota Malang. Aremania juga memang tidak menginginkan terjadinya kerusakan akibat aksi yang dilakukan Aremania. Bahkan Aremania sudah menyiapkan kantong sampah dalam aksi Malang Menghitam itu agar tak ada sampah pasca Aremania melakukan aksi.
“Yang pasti, kami Aremania mencintai kota kami. Tidak ada sejarah Aremania merusak kandangnya sendiri. Termasuk Tragedi Kanjuruhan kemarin tidak ada sama sekali pedagang yang mengaku dijarah dan sebagainya,” kata Arif.
Dalam aksi Aremania gelombang ketiga pasca Tragedi Kanjuruhan yang juga berjalan tanpa kericuhan itu, Arif mengatakan bahwa itu juga sebagai dari pesan moral bahwa Aremania memang cinta damai. Tidak seperti pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya yang dikawal ribuan aparat kepolisan, justru memakan 135 korban jiwa.
“Sebenarnya yang patut dicatat itu, kami bukan musuh polisi, tapi oknumnya,” ujar Arif.
Reporter: M Sholeh
Foto: Rubianto