Tugumalang.id – Penggemar pedas pasti tak asing dengan kuliner yang sering berseliweran di media sosial ini. Hidangannya serba pedas dengan aneka pilihan lauk yang menggoda. Mulai dari ayam, menthok, kikil, udang, ikan pe, ikan kakap, hingga gorengan.
Namanya Warung Pedas Tangkilsari, sesuai dengan menu-menu yang mereka hidangkan dan lokasi warungnya yang berada di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.
Meski pernah viral dan sampai sekarang masih sering diperbincangkan di berbagai media sosial, Warung Pedas Tangkilsari tak pernah secara khusus melakukan promosi secara online.
“Kalau ada yang mempromosikan kami di media sosial, itu sebuah nilai plus bagi kami. Tapi kami nggak pernah secara khusus melakukan promosi secara online,” kata Pemilik Warung Pedas Tangkilsari, Indah Wahidaturrohmah.
Kepopuleran Warung Pedas Tangkilsari didapat dari hidangan mereka yang gurih, bersantan, dan pedas, kombinasi rasa favorit orang Indonesia.
Pengunjung bisa memilih sendiri hidangan pedas mana yang ingin mereka santap langsung dari wajannya. Ada ayam pedas, kothokan ikan pedas, oseng-oseng kerang, bothok, sayur bayam, dan sebagainya.
Kebanyakan hidangan yang disajikan bersantan dan memiliki rasa rempah-rempah yang kuat sehingga pengunjung tak hanya merasakan pedas saja, tetapi juga racikan bumbunya yang nikmat.
Hidangan-hidangan ini bisa disantap dengan nasi putih ataupun nasi jagung dengan sayur urap di sampingnya. Jika masih kurang mantap, pengunjung bisa menambah gorengan seperti tahu, dadar jagung, mendol, weci, dan lain lain.
Harganya cukup terjangkau. Untuk hidangan pedas seperti ayam dan kikil dibanderol dengan harga Rp 20 ribu. Namun untuk kepala ikan, harganya mulai Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu, bergantung pada ukurannya.
Sejarah Warung Pedas Tangkilsari
Menurut Indah, Warung Pedas Tangkilsari dulunya tidak menyediakan hidangan pedas sama sekali. Warung yang didirikan oleh neneknya ini, justru menjual pecel.
“Kalau berdirinya sudah lama, sekitar 30 tahun yang lalu. Tapi dulu jualannya makanan desa, seperti pecel, rujak, dan lontong jangan (lontong sayur),” jelas Indah.
Warung ini kemudian diturunkan kepada ibu Indah yang bernama Musammah. Saat mengelola warung, Musammah sering mendengar cerita tentang masakan hotel dari kerabat yang menjabat sebagai Kepala Desa Tangkilsari.
“Kepala desakan sering ikut pertemuan di hotel. Beliau selalu cerita habis makan di hotel ini, masakannya seperti ini, rasanya seperti ini, tapi tanpa tester ya,” kata Indah.
Setelah mendengar cerita tersebut, Musammah mencoba memasak berbagai hidangan seperti rawon, soto, pecel lele, pecel ikan, dan sebagainya.
Masakan baru itu ternyata digemari oleh pelanggan. Namun untuk pecel lele dan pecel ikan, Musammah merasa berat karena bumbu di setiap porsinya harus diuleg satu per satu.
Ia pun memutar otak untuk mencari hidangan spesial yang tidak menghabiskan banyak tenaga, bisa melayani banyak orang, dengan rasa yang tetap lezat. Akhirnya tercetus hidangan pedas yang saat ini menjadi menu andalan Warung Pedas Tangkilsari.
“Mulanya masakan yang pedas itu kothokan, seperti kothokan lele dan mujair. Tapi ibu berpikir kalau pakai ikan laut kira-kira enak apa nggak. Nah, akhirnya bikin kothokan ikan laut itu,” jelas Indah.
Ragam Menu yang Menggoda
Untuk menu yang disajikan, Indah mengatakan bisa berubah setiap harinya, bergantung pada bahan baku yang tersedia. “Ikan itu nggak selalu ada. Kemudian kalau menthok nggak ada, kami ganti dengan bebek,” jelasnya.
Kini, Warung Pedas Tangkilsari juga menyediakan menu bakaran seperti ikan bakar, ayam bakar, dan iga bakar yang hanya disajikan pada malam hari.
Jadi, bagi yang ingin menyantap hidangan pedas, bisa mengunjungi warung di siang hari. Sedangkan bagi yang ingin menyantap bakaran, bisa berkunjung di malam hari. Di malam hari mereka juga menyajikan hidangan pedas, namun tidak selengkap di siang hari.
Menurut Indah, menu yang paling dicari pelanggan adalah kepala ikan kakap. “Itu menu yang hanya ada beberapa kali dalam satu minggu. Tapi selalu cepat habis,” ucap Indah.
Untuk memasak hidangan ini, Musammah masih ikut berkutat di dapur. “Sampai sekarang ibu masih turun tangan. Ibu yang meracik bumbunya,” tutur Indah.
Terus Berkembang Tanpa Promosi Online
Di era serba digital ini, Warung Pedas Tangkilsari justru tidak melakukan promosi secara online sama sekali. Akun media sosial mereka hanya mengunggah foto seadanya. Mereka juga tidak bekerja sama dengan aplikasi online apapun.
“Kami orang desa, nggak tahu yang kayak gitu (promosi online). Saya nggak pakai media sosial untuk promosi,” ujarnya.
Saat ditanya tentang strategi pemasaran, Indah mengaku tidak pernah melakukan sesuatu yang spesial. Bahkan, sebelum warungnya dikunjungi berbagai media dan blogger, pelanggan sudah banyak bermunculan.
Menurutnya, dulu ia hanya melakukan pendekatan pada pelanggan seperti menyapa mereka dan mengantar mereka keluar dari warung. “Tapi kalau sekarang sudah nggak bisa karena pelanggannya sangat banyak. Paling ya pelanggan lama saja yang masih saya ajak ngobrol,” imbuhnya.
Kesan baik yang diterima pelanggan membuat mereka mempromosikan Warung Pedas Tangkilsari ke teman-teman dan saudara-saudara mereka. Inilah yang kemudian membuat Warung Pedas Tangkilsari dikenal oleh warga Malang dan sekitarnya. “Sampai sekarang saya masih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut,” kata Indah.
Meski demikian, ia tidak menampik efek positif dari promosi yang dilakukan oleh blogger atau media. Ia menganggapnya sebagai sebuah nilai tambah.
Digemari oleh Wisatawan dari Luar Kota
Dulunya, Warung Pedas Tangkilsari bertempat di lokasi yang sederhana. Namun karena pengunjung terus membludak, di tahun 2019 mereka pindah ke lokasi baru yang jauh lebih besar.
Saat ini, Warung Pedas Tangkilsari memiliki dua bangunan restoran yang letaknya berdampingan. Bangunan di sisi barat buka di siang hari dan menyajikan hidangan pedas, sementara gedung di sisi timur buka di malam hari dan menyajikan menu bakaran.
Kedua bangunan ini sangat luas dan bisa menampung hingga ratusan orang. Menurut Indah, di hari Minggu, kedua bangunan ini terpakai dan itu pun masih belum bisa menampung semua pengunjung. “Di hari Minggu selalu overload,” kata Indah.
Akhir pekan memang menjadi momen bagi para wisatawan dari luar kota untuk menyicipi hidangan pedas yang tersohor ini. Ini juga yang menjadi pertimbangan untuk memperpanjang jam buka Warung Pedas Tangkilsari. Semula warung ini buka pada pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Kini warung buka mulai pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.
“Kasihan orang-orang yang jauh dari luar kota. Kadang mereka datang sudah kemalaman, warungnya sudah tutup,” pungkas Indah.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id