MALANG – Modal ijazah saja di era industri 4.0 hari ini saja tidak cukup. Mesti ada kualitas diri atau soft skill yang mutlak harus dimiliki para sarjana untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan persaingan ketat.
Sebab itu, Pusat Karir dan Korps Alumni STIE Malangkucecwara memberikan Pembekalan Soft Skills terhadap ratusan calon Wisudawan Tahun Akademik 2020/2021. Pembekalan ini diberikan secara virtual kepada sekitar 165 calon wisudawan, Rabu (18/8/2021).
Pembekalan softskills ini terbilang menjadi agenda rutin yang dilakukan tiap tahunnya dengan mendatangkan narasumber yang kapabel, terutama dari kalangan alumni STIE Malangkucecwara.
Kali ini, narasumber yang dihadirkan tak tanggung-tanggung adalah entrepreneur sejati alumnus STIE Malangkucecwara tahun 1990. Dialah Mohammad Wahyudi, SE., MM. Pengusaha dan eks Sub Branch Manager BNI Syariah Surabaya.
Dimoderatori oleh Dr. Siwi Dyah Ratnasari, SE.,MM, webinar pembekalan dengan tema ‘Langkah Kaki yang Tak Pernah Berhenti’ ini berjalan lancar. Calon wisudawan pun mantuk-mantuk terinspirasi akan perjalanan sang enterpreneur.
Dalam kesempatan itu, Wahyudi berbagi banyak hal seputar pengalamannya hingga sesukses sekarang. Tentu, untuk mencapai titik tertinggi tidak mudah. ”Salah satu kunci sukses hanya ada satu, memiliki jiwa petarung,” ungkap dia mengawali webinar.
Menurut pria kelahiran Nganjuk ini, perusahaan rata-rata cenderung melihat potensi kualitas diri para karyawannya. Bukan pada kemampuan akademis atau tingginya nilai IPK. Karena akan percuma jika nilai IPK tinggi, tapi tidak memiliki attiude yang baik.
Attitude, terang dia, menjadi hal paling disoroti di dunia kerja karena dari zaman ke zaman justru terjadi kemerosotan alias crisis attitude. Padahal, faktor kualitas SDM dengan attitude yang baik ini sangat penting dalam kemajuan perusahaan.
”Jadi, apa yang harus dimaksimalkan memang adalah potensi dalam diri kita dulu agar nanti benar siap memasuki dunia kerja yang kompetitif. Kalau saya, ya nyari yang jiwa petarung,” ungkap dia.
Kunci kedua kata Wahyudi adalah relasi dimana itu adalah aset paling berharga dalam kehidupan. Dia sendiri pun mengalami sendiri buah dari menjaga relasinya, bahkan sampai menjadi keluarga.
Pria kelahiran Nganjuk ini mencontohkan, sewaktu banting setir menjadi broker dan sukses mendapat pembeli properti yang kebetulan adalah Bos Sari Roti, Wahyudi langsung seolah dianggap jadi anak angkat.
”Sejak kenal beliau itu kita berdua nge-klik. Padahal kan saya hanya sales (broker). Tapi beliau percaya, saya dikasih modal, lalu dibantu bikin PT baru dan akhirnya sampai bisa bangun usaha properti sendiri kala itu dan berkembang sampe sekarang,” tuturnya.
”Artinya apa? Jadikan relasi itu sebagai teman dan itu akan menjadi aset paling berharga. Aset penting itu bukan duit, tapi adalah relasi,” tegas dia.
Lebih lanjut, terpenting dari semua itu, bahwa pribadi yang baik adalah pribadi yang berani dan tangguh. Untuk menempa hal itu, perlu komitmen untuk tidak terlalu lama berdiam diri di zona nyaman.
Nah, untuk melangkah keluar dari zona nyaman ini, Wahyudi punya resep jitu. Pertama, sebut Wahyudi adalah keyakinan. Kata dia, seseorang perlu punya komitmen dalam diri kepada rekan bisnis atau perusahaan.
Kedua, melangkahlah keluar dari zona nyaman asal dengan menuruti passion. Karena tanpa passion, keyakinan itu tak bisa tumbuh. Terakhir dan yang paling penting adalah kepercayaan (trust).
”Ini kunci penting dari semuanya adalah bagaimana cara kita membangun kepercayaan dengan semua orang. Percayalah, jika trust sudah terbangun, maka timbal baliknya pada kita justru akan berlipat ganda,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Pusat Karir dan Korps Alumni STIE Malangkucecwara Irawan Budi Prasetyo, SE., MM berharap para calon wisudawan bisa menuai hal positif dari kegiatan ini.
Khususnya untuk membekali dirinya dengan softskill dalam menghadapi tantangan industri 4.0. Pada dasarnya, totalitas dalam bekerja dan belajar adalah kunci menuju kesuksesan.
”Kegiatan seperti ini akan terus kita adakan sebagai bentuk dukungan penuh sivitas akademika kepada mahasiswanya. Jadi tak hanya ilmu teoritis saja, tapi juga mendapat ilmu yang tidak didapat di bangku kuliah,” ungkapnya.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Sujatmiko