Kota Batu, Tugumalang.id – Bagi anda yang berkunjung ke kawasan wisata Songgoriti, Kota Batu, Jawa Timur, tak ada salahnya mampir ke warung ini. Namanya Warung Jowodwipo. Lokasi persisnya ada di dekat Pasar Wisata Songgoriti, di Jalan Songgoriti 30 A, Kelurahan Songgokerto.
Jika berkunjung ke sana, nuansa klasik yang otentik tentang Songgoriti begitu terasa. Serasa di dalam mesin waktu, warung ini akan membawa kembali ingatan anda tentang Songgoriti di medio 1980-an. Saat masih jaya-jayanya menjadi destinasi idola para pelancong lokal maupun mancanegara.

Warung ini milik sepasang suami istri Supriyono (64) dan Ngatmiasih (49). Di warung ini menjual berbagai macam jajanan, makanan dan minuman sederhana dengan menu andalan Sate Kelinci.
Perlu diketahui, Songgoriti selain dikenal menjadi destinasi wisata, juga terkenal dengan kuliner Sate Kelincinya. Warung Jowodwipo menjadi saksi masa kejayaan tersebut. Kini, warung itu masih mencoba eksis menghidupi masa kejayaan tersebut, meski tertatih.
Baca Juga: Doyan Sate Kelinci? Ini Fakta Seputar Daging Kelinci
Memori kejayaan Songgoriti Kota Batu dengan Sate Kelinci-nya ini direkam dengan baik pemiliknya lewat sebuah poster yang terpajang di dinding warung. Poster sederhana ini menampilkan gambar seorang wanita yang dikreasikan dengan tulisan tangan dari spidol.
”Inilah gadis lemah lembut dari negeri asing yang datang di Depot Divisi On. Sambil melintangkan 5 jari tangan ke wajahnya yang manis, di dalam hatinya dia sangat terkejut dan terpesona setelah merasakan kelezatan Sate Kelinci,”
“Sate kelinci telah menjadi buah bibir di Asia karena memiliki sumber gizi yang tinggi dan mengiringi kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan,” demikian tulisannya.
Dari puisi poster itu menyiratkan pesan bahwa dulunya wisatawan yang datang ke Songgoriti tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri. Semua terkesima dengan pesona cita rasa dari sate kelinci.
Tidak heran mengingat Kota Batu pada 1970-1980 memang menjadi jujugan favorit wisatawan. Selain alam dan hawa sejuknya, kawasan Songgoriti punya banyak aset wisata seperti Candi Songgoriti, hotel, pemandian air panas, pasar oleh-oleh, pasar bunga dan lain sebagainya.

“Iya, itu saya sendiri yang nulis. Ingatan tentang Songgoriti waktu masih ramai-ramainya pada tahun 1980-an. Memang yang paling terkenang itu dulu semua dari sate kelinci,” ungkap Supriyono pada tugumalang.id Minggu (8/10/2023).
Sate Kelinci, kata dia memang melekat di ingatan banyak orang waktu itu. Sate kelinci menjadi menu kuliner khas Songgoriti yang populer dari bibir ke bibir karena tergolong sebagai kuliner ekstrim atau berani. Supriyono sendiri mengklaim dirinya menjadi generasi pertama di Kota Batu yang mempopulerkan Sate Kelinci.
“Tergolong ekstrim itu kan karena binatangnya imut. Tapi kalau disini kan banyak yang ternak, jadi saya kira hampir sama kayak ayam. Bahkan proteinnya lebih tinggi,” tuturnya.
Hampir setiap wisatawan yang datang penasaran dan mencoba sate kelinci ini. Sejak itulah, menu kuliner ini kemudian berkembang dan menjadi kuliner khas di Kota Batu. Namun eksistensi kuliner ini ikut tenggelam seiring meredupnya pariwisata di Songgoriti.
Supriyono berkisah jika Songgoriti di zaman 1980 hingga 2000-an tidak sesepi sekarang. Hampir setiap hari jalan di depan warung selalu penuh lalu-lalang wisatawan. Warungnya menjadi jujugan turis asing untuk makan sate kelinci.
“Ada yang dari Suriname, Jerman, Jepang hingga Belanda. Bahkan ada yang sampai jadi langganan, setiap ke Indonesia, dia selalu mampir ke sini,” kisah Supriyono.
Ingatan-ingatan manis itulah yang membuat dirinya tetap bertahan berjualan Sate Kelinci hingga saat ini. Meski melihat kenyataannya kini, dalam hatinya merasa prihatin. “Kadang sedih juga, dulu jam-jam segini sibuk jualan, liat orang datang, makan minum itu senang sekali rasanya,” ujarnya.

Dari berjualan di warung itu pula yang menghidupi dua anaknya. Beruntung, kedua anaknya kini sudah menikah dan bisa mencari penghasilan sendiri. Kini, dia bersama istrinya berjualan sekedarnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sekarang jadinya saya juga serabutan karena kalau hari-hari biasa sepi sekali. Alhamdulillah tapi kalau akhir pekan masih ramai, masih bisa jualan,” kata dia.
Kendati demikian, ia bersama warga lainnya tetap optimistis untuk kembali membangkitkan pariwisata Songgoriti. Selain itu, sentuhan nyata pemerintah juga menurutnya akan sangat membantu.
“Harapannya Songgoriti bisa kembali berjaya seperti dulu lagi. Semua ditata, dikenalkan dengan baik ke khalayak luas. Saya lahir, besar, dapat rejeki ya di sini. Terlepas dari sepi tidaknya ya saya akan tetap hidup mati di sini,” harapnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
reporter: ulul azmy
editor: jatmiko