Tugumalang.id – Menjadi salah satu perguruan tinggi yang ikut menyukseskan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri (PMM-DN), Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar senam bersama hingga inspirasi pagi bertajuk ‘Menjadi Manusia Merdeka dan Bermakna’, pada Selasa (18/1/2022).
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun toleransi dan keakraban bersama pimpinan Unisma. Diikuti oleh 38 mahasiswa dari 19 perguruan tinggi se-Indonesia secara luring. Seperti dari Bali, Gorontalo, hingga Kalimantan.
Diselenggarakan di ruang terbuka, kegiatan ini nampak terkesan santai, ditambah dengan guyonan ringan dan banyaknya tanya jawab yang menginspirasi saling terlontar antara mahasiswa dengan Rektor Unisma.
Rektor Unisma, Prof Dr H Maskuri Msi menguraikan bahwa kegiatan pagi ini sebagai wadah untuk membangun harmonisasi, moderasi, sikap toleran, maupun proporsional kepada mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda sebagai generasi yang disiapkan untuk membangun peradaban.
“Mereka memang dipersiapkan untuk menjadi generasi emas. Calon pemimpin masa depan, menghargai perbedaan, dan cinta tanah air. Maka, harus bisa bergaul dan berkomunikasi dengan siapapun. Tanpa membedakan agama, ras, suku, golongan maupun budaya. Namun melebur menjadi satu kesatuan, bangsa Indonesia,” ujarnya.
Terlebih, kata dia, program pertukaran mahasiswa ini membawa nilai positif, khususnya bagi mahasiswa untuk saling mengenal dan menghargai budaya lain dan merefleksikan keberagaman daerah.
Sementara itu, Penanggungjawab kegiatan program PMM-DN Unisma, Indhra Musthofa menjelaskan bahwa awalnya program yang diselenggarakan luring ini, berlangsung sejak bulan September 2021 hingga Januari 2022. Namun lantaran pandemi COVID-19, baru dapat terealisasi per 23 November 2021 sampai 20 Januari 2022.
“Saat tiba, mereka kami jemput dan tempatkan di Rusunawa Unisma. Per kamar satu orang sesuai dengan protokol kesehatan,” urainya.
Mulanya, total keseluruhan mahasiswa yang mengikuti program PMM-DN Unisma ada 42 orang. Namun, hanya 38 mahasiswa yang dapat mengikuti secara luring karena terkendala persetujuan orang tua.
“Memang untuk mengikuti kegiatan ini secara luring harus ada persetujuan orang tua, jika tidak maka mengikuti secara daring,” tambah Indhra.
Sejak itu, puluhan mahasiswa ini menempuh mata kuliah reguler sebanyak 10-20 SKS selama satu semester di Unisma.
Di samping itu, mereka juga wajib mengikuti program budaya melalui Modul Nusantara yang terdiri dari Modul Inspirasi, Modul Refleksi Kebangsaan Kebhinekaan, dan Modul Kontribusi Sosial.
“Kegiatan itu sudah terlaksana semua. Ada yang berangkat ke museum di Museum Singosari yang ada cagar budayanya, berangkat ke tempat bersejarah termasuk pesantren untuk mendapatkan inspirasi. Di antaranya seperti di Turen, Desa Jabung, Kampung Cempluk,” tukasnya.
Salah satu mahasiswa asal Universitas Tanjungpura Pontianak, Helsa Ulfa Destari mengaku kagum dengan Unisma. Baik sistem pembelajarannya, dosen, hingga suasana kampusnya.
Selama menempuh program pertukaran mahasiswa ini, menurutnya tidak ada kesulitan yang berarti.
“Di sini semua berkesan. Saya belajar budaya, toleransi, dan keberagaman. Semoga ini dapat menjadi bekal yang akan kami bawa pulang ke daerah kami masing-masing untuk menjadi lebih baik,” tandasnya.(ads)
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti