Tugumalang.id – Di masa pandemi COVID-19, pemerintah menjalankan sejumlah strategi penanganan demi menahan laju penularan virus asal Wuhan ini. Kendati demikian, pemerintah tidak sendiri, dunia usaha juga turut aktif mendukung berbagai kebijakannya tengah pandemi melalui berbagai skema program kegiatan.
Seperti halnya yang dilakukan oleh PT HM Sampoerna Tbk melalui Komunitas Averroes lewat program berkelanjutannya yakni Sampoerna Untuk Indonesia.
Menurut Project Manager Averroes, Fahrul Ulum, ini merupakan langkah untuk melakukan sinergi bersama dalam upaya adaptasi dengan new normal. Langkah tersebut juga didukung oleh komitmen dari Sampoerna Untuk Indonesia untuk membantu pemerintah mengedukasi pentingnya menggalakkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini didorong oleh konsentrasi kepedulian bidang usaha ini, khususnya di dunia kesehatan sekaligus pendidikan.
Terlebih, new normal menyambut tiga inisiatif untuk tetap produktif di tengah pandemi dengan protokol kesehatan ketat. Penerapan PHBS merupakan inisiatif untuk terus berkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk terus berbagi agar masyarakat kembali beraktivitas dari berbagi aspek.
Sebab itu, Averroes berinisiatif untuk memberikan pendampingan sekaligus mengajak masyarakat untuk keluar dari situasi ketidakpastian akibat pandemi.
“Selain memberikan dukungan materi, masyarakat di lapangan juga membutuhkan edukasi dan pendampingan untuk tetap bangkit dan produktif. Karena bagaimanapun kita hanya bisa terus berusaha untuk bertahan di situasi yang dinamis ini dan berharap agar pandemi segera berakhir,” ucapnya.
Sebab itu, pihaknya mulai menyusun skema program kegiatan bertajuk “Program Community Capacity in the New Normal Era”.
Program ini, tambah Fahrul Ulum, telah disusun sejak awal Desember 2021 dengan tujuan meningkatnya kesadaran penerapan pola hidup sehat di masyarakat dan pengembangan ekonomi melalui pemanfaatan teknologi digital.

“Selama bulan Desember 2021, kami melaksanakan assessment. Mencari lokasi dan siapa penerima manfaat yang paling cocok. Kemudian kami juga mulai menjalin komunikasi dengan lembaga maupun stakeholder. Mulai dari pemerintah daerah setempat, satgas COVID-19, tokoh masyarakat, hingga masyarakat umum,” terang dia.
Dari sanalah, pihaknya tergerak untuk menyasar lima lokasi di dua provinsi yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah yakni di Kota Malang, Kota Surabaya, Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, dan Kabupaten Pekalongan.

Kelima lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat sekitar pesantren dengan tingkat literasi yang terbilang masih perlu dikuatkan. Meski demikian, pihaknya tetap melibatkan berbagai elemen di sekitar wilayah tersebut sebagai target utama. Baik pelaku UMKM, tokoh masyarakat, hingga masyarakat umum.
Penentuan lokasi ini dilatarbelakangi beberapa kategori di antaranya lokasi tersebut haruslah wilayah dengan intensitas tatap muka yang tinggi dan merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap pandemi COVID-19.
“Sebenarnya yang kita sasar bukan identitas pesantrennya. Tapi latar belakang pendidikannya yang kami sadar bahwa dunia pendidikan pesantren berbeda dengan instansi pendidkan umum. Jika instansi pendidikan umum dapat melaksanakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), tidak demikian dengan pesantren. Artinya, lembaga pesantren adalah kelompok masyarakat yang paling sering melakukan tatap muka dengan berbagai faktor yang ada,” sambungnya.

Di bulan Januari 2022, pihaknya mulai menggelar Forum Group Discussion (FGD) di Hotel Sahid Montana 2 guna melakukan penyelarasan rencana program dan kebutuhan di lokasi. Serta pelaksanaan pelatihan pertama dengan tema “Pengantar Dunia Digital”.

“Dalam pelatihan ini, para peserta diberikan berbagai pengetahuan dasar terkait digitalisasi. Termasuk bagaimana karakteristiknya dan manfaat teknologi dengan harapan meski di tengah keterbatasan pandemi ini, mereka dapat terus bergerak dan lebih inovatif,” paparnya.
Hasilnya, lanjut Fahrul Ulum, para peserta terlihat mulai menyadari pentingnya PHBS dengan memanfaatkan teknologi informasi.
“Terpantau dari media sosial mereka, beberapa masyarakat dan pondok pesantren itu sudah mulai ada konten tentang edukasi pandemi, mengkampanyekan protokol kesehatan sampai dengan PHBS di era new normal. Ini merupakan awal yang baik dari sebelum kami datang dan memberikan edukasi,” ujarnya.
Selanjutnya, di bulan Februari dan Maret 2022, pihaknya akan lebih fokus mengarah kepada penguatan ekonomi masyarakat dan penggunaan media sosial atau digitalisasi.
“Sasarannya tetap, tapi kami akan memperluas dengan tidak hanya mengedukasi tentang pandemi dan era new normal, tapi bagaimana menggeliatkan ekonomi di tengah pandemi,” tukas dia.(ads)
Reporter: Feni Yusnia
Editor: Lizya Kristanti