MALANG, Tugumalang.id – Menanggapi polemik nasab habib di tengah kontroversi maraknya kasus habib palsu dan jual beli gelar habib sebagai garis keturunan Nabi Muhammad SAW atau Rasulullah yang begitu dihormati di Indonesia.
Masalah tersebut membuat salah satu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Ahmad Fahrur Rozi angkat bicara.
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) An Nur 1 Bululawang, Kabupaten Malang yang akrab disapa Gus Fahrur itu menekankan bahwa di tengah polemik soal nasab habib, paling utama adalah tetap menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Juga: Habib Umar dan Algoritma Cinta
Bagi Gus Fahrur melihat sebuah permasalahan hendaknya dilihat secara keseluruhan dan bukan menghakimi satu kasus yang dilakukan salah satu oknum. Kemudian digeneralisasikan bahwa semua habib di Indonesia bermasalah.
Menurutnya hal itu kurang tepat, apalagi juga banyak provokator-provakator yang berupaya memecah belah masyarakat khususnya umat Islam dengan kepentingan mereka masing-masing.
Baca Juga: ‘Mbabat Alas’ Setelah 3 Tahun Online, Pekan Arabi 2023 Sukses Dihelat di UM
Untuk itu, Gus Fahrur pun mengembalikan kepada masing-masing individu masyarakat boleh percaya atau tidak soal orang-orang bergelar habib.
Karena baginya yang paling penting adalah tetap saling menghormati di tengah perbedaan dan menjaga persatuan bangsa.
“Enggak bisa satu orang melakukan kesalahan semua jadi salah. Ya itu hal yang harus dikritisi tetapi jangan sampai pembahasan ini (polemik habib) menjadi rasis. Jadi siapapun harus dinilai dia sebagai manusia,” tutur Gus Fahrur dalam podcast Tugu Inspirasi di kanal YouTube Tugu Malang ID, Rabu (8/5/2024).
“Keturunan apapun kan kakeknya sama keturunan Nabi Adam (AS). Makanya kalau saya enggak pedulikan ini, sudahlah kita saling hormati saja. Anda boleh tidak percaya boleh percaya itu yang biasa, penelitian itu sesuatu yang dihormati tapi harus dengan standar ilmu,” imbuhnya.
Gus Fahrur pun mengajak masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dan tidak menjelek-jelekan pihak lain yang dirasa tidak sejalan.
Apalagi di tengah arus teknologi modern yang berkembang dengan begitu pesat, masyarakat dapat mengakses beragam informasi dengan mudah meski informasi yang diterima masih dipertanyakan lagi kebenarannya.
Oleh karena itu yang paling penting saat ini bagi masyarakat Indonesia dalam melihat suatu permasalahan termasuk polemik tentang nasab habib, adalah tetap mengutamakan kerukunan bangsa.
“Min dzakarin wa unsa waa’alnakum syuuba wa qobaila litaarfu, memang Tuhan menciptakan kamu itu berbeda-beda kelompok atau suku untuk saling mengenal. Jadi jangan ada kebencian terhadap ras tertentu, kelompok tertentu, dan jangan jadikan perilaku oknum untuk menggeneralisir semuanya jadi jelek,” beber Gus Fahrur.
“Saya ingin mengajak umat Islam itu rukun. Kalau kita ini enggak rukun maka kita akan jadi lemah dan itu pesan Al Qur’an,” tutupnya.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
Penulis: Bagus Rachmad Saputra
Editor: Herlianto. A