MALANG | TuguMalang.id – Setiap tanggal 12 Sura dalam penanggalan Jawa, area Pesarean Gunung Kawi selalu diramaikan oleh keluarga besar keturunan Raden Mas (RM) Iman Sudjono dan warga sekitar. Mereka semua memperingati hari kematian RM Iman Sudjono, salah seorang tokoh yang dimakamkan di Pesarean Gunung Kawi.

RM Iman Sudjono dan gurunya, Kyai Zakaria II (Eyang Djugo) merupakan pengikut Pangeran Diponegoro yang melanjutkan hidup mereka di Jawa Timur setelah kalah dari Belanda. Sebelum meninggal, Eyang Djugo berpesan untuk dimakamkan di lereng Gunung Kawi. Permintaan ini pun dituruti oleh RM Iman Sudjono. Eyang Djugo wafat pada 1 Selo tahun 1799 dal atau 22 Januari 1871. Ia dimakamkan di Pesarean Gunung Kawi yang terletak di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Lima tahun kemudian, RM Iman Sudjono wafat, tepatnya pada 12 Sura tahun 1805 dal atau 8 Februari 1876. Ia kemudian dimakamkan di satu liang lahat dengan Eyang Djugo.

Setiap tahunnya, kematian kedua tokoh ini diperingati dengan kirab sesaji dan penyekaran. Sesuai dengan tanggal kematiannya, peringatan ini dilakukan setiap 1 Selo dan 12 Sura.
Kirab sesaji dan penyekaran memperingati Haul RM Iman Sudjono tahun ini jatuh pada Selasa (9/8/2022). Menjelang acara, kios-kios di sekitar Pesarean Gunung Kawi tutup karena pemiliknya mengikuti kirab sesaji dan penyekaran ini.
Sekitar 400 orang yang terdiri dari keluarga keturunan RM Iman Sudjono, tamu, dan warga sekitar mengikuti prosesi kirab sesaji dan penyekaran ini dari awal hingga akhir.
Mereka semua mengenakan baju adat jawa berwarna hitam lengkap dengan aksesorisnya. Menjelang ashar, mereka berbaris dan membawa sesaji sesuai dengan posisi dan peran masing-masing.
Dengan perlahan, rombongan ini berjalan dari depan gapura Pesarean Gunung Kawi menuju ke Padepokan RM Iman Sudjono yang terletak beberapa ratus meter di sebelah selatan.
Di padepokan tersebut, mereka membacakan tahlil dan doa bagi RM Iman Sudjono. Setelahnya, mereka mengajak juru kunci padepokan untuk bersama-sama beriringan menuju Pesarean Gunung Kawi, tempat jasad RM Iman Sudjono dikebumikan.
Sesampainya di makam RM Iman Sudjono dan Eyang Djugo, mereka duduk dan membaca tahlil serta doa dengan khidmat.

Juru Kunci Pesarean Gunung Kawi sekaligus Ketua Yayasan Ngesti Gondo, Tjandra Jana mengatakan kirab sesaji dan penyekaran merupakan ritual yang diadakan setiap tahun sejak Eyang Djugo wafat.
“Ini acara khusus yang ada di Gunung Kawi. Ini sudah kami laksanakan mulai dari Eyang Djugo wafat dan diteruskan secara turun temurun. Sudah 5 generasi yang melaksanakan acara ini,” kata Tjandra.
Sebelum kirab sesaji, mereka telah mengadakan acara lain seperti biodo sinoman dan pagelaran wayang.
Menurut Tjandra, sesaji yang disiapkan berupa buah-buahan, hasil bumi, tumpeng, serta daging dan jeroan dari seekor sapi rambon.
“Sapi rambon itu adalah sapi jawa yang digunakan untuk sesajen. Sapi ini khusus dan harganya memang agak mahal,” imbuh Tjandra.
Salah satu tujuan diadakannya ritual ini adalah untuk menghormati RM Iman Sudjono beserta Eyang Djugo yang merupakan pahlawan pejuang kemerdekaan dan penyebar agama Islam.
“Kami berupaya menginformasikan bahwa di Gunung Kawi ini juga ada ritual budaya yang tujuannya untuk menghormati beliau berdua yang merupakan pahlawan yang ikut berjuang bersama Pangeran Diponegoro. Beliau berdua juga turut menyebarkan agama Islam,” kata Tjandra.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id