MALANG, Tugumalang.id – Petani di Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang berhasil memanen lebih dari dua ribu ton padi untuk masa tanam 2022-2023. Syukuran atas hasil tersebut diwujudkan dalam panen raya yang dilaksanakan pada Rabu (15/3/2023) dengan tajuk “Menuju Tani Tangguh Malang Makmur”.
Kepala Desa Clumprit, Subur mengatakan bahwa hasil panen para petani kini meningkat berkat sistem jajar legowo yang mereka terapkan. Jika sebelumnya hasil panen padi per hektare hanya tujuh ton, di panen kali ini per hektare petani bisa menghasilkan hingga sembilan ton.
“Dengan teknik yang baru, jajar legowo, ini kenaikan hasil panen sampai 30 persen. Jadi produksi per hektare antara 8,5 hingga sembilan ton. Sebelumnya, maksimal hanya tujuh ton,” kata Subur.

Selain itu, para petani di Desa Clumprit juga menggunakan mesin panen alsintan yang memudahkan petani dalam mengumpulkan padi. Selain lebih cepat, padi yang dikumpulkan lebih banyak karena tidak mudah rontok. Bupati Malang, Sanusi yang menghadiri panen raya ini mengapresiasi penggunaan mesin alsintan karena membuat hasil panen jadi lebih maksimal.
“Kalau pakai mesin ini (padi) langsung diwadahi jadi ada efisiensi sampai 10 persen. Padi yang terbuang lebih sedikit karena kalau disabit itu kan padinya rontok,” ujar Sanusi.
Dengan luas sawah mencapai 225 hektare, Desa Clumprit memiliki potensi pemasukan desa yang tinggi. Menurut Subur, apabila per kuintal padi dijual dengan harga 500 ribu. Maka pada panen raya kali ini, petani di Clumprit sudah menghasilkan Rp 10 miliar. Dalam satu tahun, petani melakukan tiga kali panen, sehingga mereka berpotensi mendapatkan penghasilan Rp 30 miliar.
Namun, panen tiga kali ini terkendala kurangnya pasokan air di Desa Clumprit sehingga pada kenyataannya, petani hanya bisa panen dua kali dalam satu tahun. Oleh karena itu, ia meminta kepada Sanusi untuk memperhatikan pembangunan irigasi di Desa Clumprit agar penghasilan para petani bisa lebih optimal.
“Petani di Desa Clumpirt tidak bisa panen tiga kali, hanya maksimal dua kali, karena kebutuhan air ini kurang. Dari dulu sampai sekarang kami selalu ajukan embung untuk kebutuhan Desa Clumprit. Kalau embung bisa direalisasikan, petani di Clumprit bisa panen tiga kali. Kami mohon realisasikan rencana untuk embung di Desa Clumprit,” kata Subur.
Menanggapi hal ini, Sanusi mengatakan bahwa penurunan debit air disebabkan oleh banyaknya hutan-hutan yang gundul. Hutan-hutan tersebut harus direboisasi agar air kembali melimpah. Ia juga menyebut bahwa petani bisa panen dua kali setahun itu adalah pencapaian yang sudah luar biasa.
“Rata-rata panen 1,6 kali. Produktivitas di Pagelaran ini termasuk yang terbaik,” pungkas Sanusi.
Sanusi lalu meminta Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (DPUSDA) untuk melakukan survei terkait permintaan pembuatan embung ini dan mengajukan permohonan ke Pemerintah Pusat.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko