Tugumalang.id – Penutupan tempat wisata dan pembatasan mobilitas masyarakat membuat jumlah kunjungan atau okupansi vila jeblok. Akibatnya, para pemilik vila di kawasan Songgoriti Kota Batu gelagapan mengadapi sepinya pengunjung itu.
Ketua Paguyuban Vila Supo Songgoriti, Indra Triariyono, mengatakan bahwa vila yang ada di Songgoriti dan yang terdaftar di paguyuban ada sebanyak 325 vila. Sementara okupansi atau tingkat kunjungan vila Songgoriti tidak lebih dari 10 persen sejak kebijakan PPKM Darurat diterapkan di Kota Batu.
“Selama PPKM Darurat okupansi vila di Songgoriti tidak lebih dari 10 persen. Jadi dalam sehari hanya ada 2 sampai 3 pengunjung yang datang dan bahkan tak ada sama sekali,” ucapnya.
Menurutnya, mayoritas pemilik vila di kawasan Songgoriti merupakan warga setempat. Dimana, usaha penyewaan vila itu juga merupakan satu-satunya sumber pendapatan mereka.
“Vila Songgoriti adalah bisnis utama warga setempat. Pemilik vila di Songgoriti itu 98 persen adalah warga lokal dan itu adalah bisnis utama mereka,” paparnya.
“Kalau pendapatan merosot biasanya mereka banyak yang gali lubang tutup lubang. Hutang sini untuk nutup hutang di sana,” imbuhnya.
Indra menceritakan, dahulu para pemilik vila sangatlah mudah dalam mendapatkan pinjaman di bank saat kondisi perekonomian sektor pariwisata di Kota Batu berjaya.
“Dulu kami biasanya hutang di bank untuk penambahan kamar atau pengembangan fasilitas. Bukan hutang untuk bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.
“Sekarang jasa wisata tidak dilirik lagi oleh perbankan karena kondisi perekonomian pariwisata sedang ngedrop. Jadi pasti mereka pikir-pikir dulu untuk memeberikan pinjaman,” imbuhnya.
Dikatakan, dulu pinjaman dengan nilai miliaran rupiah bisa dengan mudah didapatkan para pemilik vila ini. Namun saat ini, sangat sulit mendapatkan pinjaman meski nilainya hanya sedikit.
“Kalau dulu saat ramai, baru masuk bank saja sudah ditawari. Berapa miliar butuhnya. Bukan ratusan juta lagi nawarinya. Sekarang, gak ada seperti itu lagi,” bebernya.
Kini, dia berharap pemerintah bisa lebih bijak menentukan keputusan-keputusan dalam penanganan pandemi COVID-19, sehingga nasib perekonomian rakyat kecil bisa lebih diperhatikan.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti