Tugumalang.id – Jika alam semesta terbentuk usai peristiwa Big Bang atau Ledakan Besar? Lalu apa yang terjadi sebelumnya? Jika alam semesta baru muncul sekitar 13,7 miliar tahun silam, maka apa yang terjadi pada alam semesta sebelum waktu itu?
Stephen Hawking, Fisikawan dan kosmolog asal Inggris yang juga seorang difabel pernah menjawab rasa penasaran orang banyak itu di episode bertajuk ‘Star Talk’ di situs Popular Science. Video wawancara ekslusif itu dirilis beberapa minggu sebelum kematian Hawking pada 14 Maret 2018.
Lagi-lagi, jawabannya cukup membuat heboh dunia sains. Pertanyaan yang dilontarkan si pembawa acara Neil deGrasse Tyson sederhana saja. Sebelum Big Bang terjadi, apa yang ada dalam semesta? Tanpa basa-basi, ‘Si Atheis Jenius’ ini menjawab, ”Nothing. Tidak ada apa-apa sebelum Big Bang.
Sebelum membaca penjelasannya, perlu diketahui selama hidup berpuluh tahun dengan keterbatasan fisiknya, Hawking berhasil menyelesaikan program doktoral dan menelurkan dua teorinya tentang alam semesta yang populer yaitu Bing Bang dan Steady State.
Hawking yang bicara dengan alat Speech Generating Device (SGD) itu dengan santai menjelaskan bentuk bumi sebagai analogi dari bentuk lengkung space-time continuum atau kontinum ruang-waktu.
“Menurut teori relativitas umum Einstein, ruang dan waktu bersatu untuk sebuah kontinum ruang-waktu yang tidak datar, tetapi melengkung karena materi dan energi di dalamnya,” jelas Hawking dikutip dari Science Alert.
Saat alam semesta terbentuk sekitar 13,8 miliar tahun silam, menurut Hawking, seluruh dunia masih seukuran bola atom yang juga dikenal sebagai singularitas. Di dalam bola atom menyimpan energi panas yang memadat dan meledak. Peristiwa ini dikenal dengan nama Big Bang.
Eksplanasi Hawking merujuk pendekatan Euclidean yang merepresentasikan gravitasi kuantum. Dalam pendekatan Euclidean, sejarah alam semesta dalam waktu imajiner adalah permukaan yang melengkung dengan empat dimensi. Seperti permukaan Bumi, tetapi dengan dua atau lebih dimensi.
Peraih Albert Einstein Award pada 1978 itu percaya bahwa alam semesta tidak memiliki batas. Saat belum ada alam semesta, belum ada juga waktu seperti kita pahami sekarang.
“Karena momen sebelum Big Bang tidak ada konsekuensi observasional, jadi bisa dikatakan waktu baru dimulai ketika terjadi Big Bang,” ucapnya.
“Seseorang dapat menganggap bahwa waktu nyata (real time) dan waktu asli (ordinary time) sebagai awal di Kutub Selatan, yang merupakan titik halus ruang-waktu di mana hukum fisika normal berlaku,” papar Hawking.
“Artinya, tidak ada arah selatan di Kutub Selatan. Begitu pula, tidak ada apa pun di sekitar (Alam Semesta) sebelum Big Bang,” tandasnya.
Hawking menegaskan tidak ada cara pasti untuk mengukur bagaimana detail yang terjadi sebelum Big Bang. “Dunia memiliki kondisi yang dibatasi, dan itu (sebelum Big Bang) tidak ada batasannya,” tegas Hawking.
Tak berselang lama usai pernyataannya itu, Hawking meninggal pada 14 Maret 2018 lalu. Hawking telah membuktikan diri bertahan hidup 55 tahun lebih lama dari yang diprediksikan dokternya.
Selama itu pula, dia telah menelurkan berbagai ilmu terutama di bidang fisika kuantum, seputar teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam hingga radiasi Hawking.
Observasinya tentang alam semesta berpuluh-puluh tahun itu pula yang sering melontarkan pernyataan bersifat ramalan. Seperti meramalkan bahwa bumi sudah tidak layak huni pada tahun 2600 mendatang.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko