Malang, tugumalang.id – Usai di benahi, geliat ekonomi masyarakat di kawasan Kayutangan Heritage Kota Malang terus bertumbuh. Bahkan masyarakat yang ada di sudut sudut dalam gang turut merasakan dampak positif dari pembenahan kawasan Kayutangan yang digencarkan Pemerintah Kota Malang itu.
Diketahui, di sekitar koridor Kayutangan terdapat kampung wisata tematik bernama Kampoeng Heritage Kajoetangan. Kini, kampung itu mulai bermunculan kafe kafe yang didirikan masyarakat setempat dengan menyuguhkan estetika bangunan kuno khas peninggalan kolonial Belanda.
Di sudut gang 4 Jalan Arif Rahman Hakim kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan, berdiri kafe kekinian bernama Calatea Garden. Kafe ini menyuguhkan tempat nongkrong di rumah bergaya lawas dengan keindahan bunga bunga taman.
Kafe yang memiliki suguhan andalan teh racikan sendiri hingga camilan kekinian itu banyak dikunjungi muda mudi dari kalangan mahasiswa hingga turis manca negara yang berkunjung di Kota Malang. Setidaknya, dalam sehari, 30 hingga 100 pengunjung datang di tempat ini.

“Memang setelah Kayutangan ditata, ada pengaruhnya. Jadi penataan Kayutangan Heritage cukup mendompleng kampung kami,” kata Dinda Ayu, Pemilik Calatea Garden.
Dinda mengaku mendirikan kafe sejak 2020. Hanya saja, kafe miliknya mulai dikenal masyarakat beberapa bulan terakhir usai viral di media sosial. Dia merombak rumah neneknya hingga menjadi kafe kekinian.
BACA JUGA: Spot Foto Baru di Kayutangan Heritage Berupa Lokomotif Kereta Jadi Favorit Baru Pengunjung
“Jadi saya ingin memberikan pengalaman ke pelanggan bahwa di sini ada kafe bernuansa rumah sendiri atau kayak rumah nenek gitu, tentu ditemani bunga bunga taman,” tuturnya.
Sementara itu, di sudut gang Kampoeng Heritage Kajoetangan juga terdapat kafe rumahan bernama Kopi Hamur Mbah Ndut. Rudi Haris, pemilik warung yang akrab disapa Mbah Ndut itu mengaku bahwa dahulu warungnya merupakan warung sembako.
Setelah kampung itu menjadi tempat wisata, Mbah Ndut merubah haluan dengan membuka warung kopi khas buatan sendiri untuk wisatawan yang datang ke Kampoeng Heritage Kajoetangan pada 2018 lalu.
Dia menata warung sedemikian rupa dengan barang barang koleksi kuno untuk menambah kesan heritage. Terlebih, rumahnya telah berdiri sejak 1923 atau seratus tahun yang lalu. Ayah Mbah Ndut juga seorang veteran perang saat perebutan Jembatan Merah yakni Muhammad Ahiyat.
“Kalau dipikir pikir rumah ini tahun ini harusnya adalah hari ulang tahunnya ke 100 tahun. Kalau histori rumahnya dulu sih hanya rumah singgah biasa, namun dulu pernah jadi lumbung padi,” bebernya.
Kini, rumahnya menjadi kafe rumahan yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara yang datang di Kayutangan. Mbah Ndut juga mengaku senang bahwa saat ini kawasan Kayutangan mulai ramai pengunjung.
“Kalau pengunjung ramai ya dampaknya tentu usaha warung warung warga di kampung ini juga banyak pengunjungnya,” kata dia.
Di sisi lain, pembenahan kawasan Kayutangan itu juga mulai memberikan dampak positif bagi geliat ekonomi UMKM milik warga setempat. Salah satunya adalah UMKM yang memproduksi Kue Onbitjkoek atau kue khas Belanda.
Kue yang kuat akan rasa rempah ini kian dilirik di kawasan Kayutangan yang dikenal banyak terdapat bangunan kolonial Belanda. Kue ini bahkan telah didapuk menjadi oleh oleh khas di Kayutangan.
Pembuat Kue Onbitjkoek bernama Diah Setyaningsih mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari Kayutangan Heritage. Dia mengaku semakin banyak mendapat order setelah Pemkot Malang menata Kayutangan.
Dia mengaku pernah mendapat pesanan sampai ribuan kue dalam waktu sehari. Bersama warga lain yang juga memproduksi kue, dia akhirnya bisa memenuhi permintaan itu.
“Paling banyak ya ribuan, kalau rata rata sehari 200 kue yang terjual. Saya produksi kalau ada yang pesan, pembeli biasanya pesan lewat WA atau sosmed dan datang langsung,” ujarnya.
Menurutnya, pembeli kue miliknya rata rata adalah wisatawan dan masyarakat umum. Dia juga mengaku terbantu oleh PKK Kota Malang yang turut memberikan pelatihan soal pengemasan hingga branding kue buatannya.
Dia menceritakan bahwa mulanya dia hanya menjual kue basah, gorengan dan minuman dingin saat Kampoeng Heritage Kajoetangan didirikan pada 2018 lalu. Jualan itu menjadi sumber mata pencaharian utamanya dalam menyambung hidup.
Berjalannya waktu, kampung wisata ini mendapat perhatian hingga banyak yang memberikan pelatihan pengembangan UMKM dari berbagai pihak. Mulai dari Pemkot Malang, perguruan tinggi hingga pelaku UMKM yang sudah berkembang di Kota Malang.
Menurutnya, berbagai pelatihan dia ikuti mulai tahun 2019 untuk mengembangkan usahanya. Dia kemudian memberanikan diri membuat Kue Onbitjkoek dan berbagai varian kue lainnya. Pelatihan bersama PKK Kota Malang membuat usahanya kian melejit.
“Jadi setelah ikut pelatihan PKK, saya lebih berani untuk menjual. Apalagi saat itu pembelinya bukan hanya wisatawan, tapi dari koperasi sampai dinas dinas, sampai sekarang ya itu pembelinya,” ucapnya.
Kini, Diah mengaku semakin banyak mendapat orderan dari wisatawan yang datang setelah Pemkot Malang membenahi kawasan Kayutangan. Dia mengaku bersyukur apa yang dia kerjakan juga bisa memberikan dampak positif bagi warga lain.
“Kue Onbitjkoek sekarang sudah menjadi oleh oleh khas Kayutangan. Ini pembelinya sudah sampai dari Jakarta juga,” tandasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Reporter: M Sholeh
editor: jatmiko