Tugumalang.id -“Apa saja kenanganmu di Malang Plaza rek?” tanya salah seorang teman saat tahu kejadian kebakaran di Malang Plaza, Selasa (2/5/2023) dini hari. Peristiwa ganasnya si jago merah yang terjadi sekitar pukul 00.30 WIB itu membuat banyak orang bernostalgia dengan sejarah Malang Plaza yang mereka pernah lalui.
Masyarakat Malang memang sudah sangat familiar dengan pusat perbelanjaan di Malang yang satu ini. Salah satunya karena pusat perbelanjaan ini punya bioskop dengan harga tiket yang cukup murah, yakni Bioskop Mandala.
Sejarah Malang Plaza seakan turut jadi arang bersamaan hangusnya bangunan yang dilalap api malam itu. Kebakaran yang disinyalir berasal dari gedung bioskop di lantai 3 itu perlahan melahap semua benda yang ada di sekitarya.
Para pemadam kebakaran pun baru bisa memadamkan api setelah pagi menjelang. Beberapa petugas damkar turut mendapat bantuan medis setelah berjibaku memadamkan api.
Malang Plaza Dulu Dikenal sebagai Bioskop Atrium Theater pada 1937

Dalam sebuah foto yang dibagikan oleh akun Facebook Indonesia Tempo Doeloe, nampak foto Malang Plaza yang dulunya adalah bioskop atrium atau Atrium Theater.
Catatan sejarah ini terkonfirmasi lewat penelitian Dindar Rahajeng yang berjudul Pelestarian Kawasan Alun Alun Kota Malang. Disebutkan bahwa bangunan itu dulunya adalah bangunan bioskop yang berdiri pada 1937.
“Benar mas, dulu bioskop Atrium Theater, terus Ratna Theater, terus Mandala 21 yang sekarang ini,” ujar Devan Firmansyah, salah satu penulis dan pemerhati sejarah di Malang.
Sedangkan dalam riset Ayup Tri Banardi tahun 2021 berjudul Pasang Surut Bioskop Keldu di Malang tahun 1970-1995, Bioskop Atrium menjadi salah satu bioskop yang sudah berdiri sejak 1930an.
Selain Atrium, juga ada Bioskop Flora, Globe dan Grand yang juga berada di jalan Agus Salim. Bangunan Bioskop Globe pun berubah menjadi Gajayana Plaza.
Dalam buku Karakter Kawasan dan Arsitektur Kota Malang yang ditulis oleh Prof Dr Lalu Mulyadi, Agung Witjaksono dan Budi Fathony, jalan Agus Salim memang memiliki empat bangunan sejarah. Salah satunya adalah hotel Santosa.
Sedangkan tiga lainnya disebut sebagai ruko atau pusat perbelanjaan, yakni Mall Malang Plaza, Gajahmada Plasa dan Mall Mitra. Empat bangunan ini melengkapi total 93 bangunan bersejarah di area pecinan Malang.
Malang Plaza Jadi Saksi Perkembangan Ekonomi Malang

Foto/Jaap de Jonge
Pada era 1946 hingga 1997 sendiri, perkembangan bidang perdagangan dan jasa di Malang khususnya di sekitar area alun-alun merdeka sangat pesat. Krisis ekonomi pada 1998 akhirnya memukul perkonomian hingga muncul banyaknya pedagang kaki lima di sekitar area alun-alun.
Dalam catatan Antariksa Sudikno dalam karya berjudul Pelestarian Kawasan alun-alun Kota Malang, sejak 1767 hingga 1870an, adanya kantor asisten residen menjadi penanda bahwa saat itu Malang adalah sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur yang berpusat di alun-alun merdeka. Lewat catatan Cahyono (2007), pada 1839 juga dibangun kantor kabupaten atau yang kini dikenal dengan pendopo.
Bangunan Malang Plaza yang berada di sisi selatan Jalan Agus Salim menjadi salah satu dari 12 bangunan di jalan itu yang sudah ada sekitar 50 tahun yang lalu.
Walau tidak diketahui secara detail seperti apa bangunan ini saat awal berdiri, namun Malang Plaza memang sejak dulu sudah dijadikan pusat perdagangan barang dan jasa.
Bangunan yang menghadap ke utara itu dibangun dengan atap datar serta dinding tebal dan kokoh yang juga dilapisi marmer. Bagian atasnya menggunakan bahan sejenis seng yang tertempel tulisan Plasa Malang.
Bangunan Malang Plaza pun digolongkan sebagai bangunan yang telah terpengaruh gaya modern atau de Stilj. Bangunan berbentuk kubus dengan fokus utama pada ruang belanja.
Beralih jadi Malang Plaza Sejak 1985, Mall Pertama yang Punya Eskalator
Ratusan stan dagangan jadi saksi perputaran ekonomi warga sejak puluhan tahun lalu. Malang Plaza berdiri sejak 1985 sebagai salah satu tempat belanja aneka kebutuhan masyarakat, mulai dari fashion dan aneka barang kebutuhan lainnya.
Dalam plakat yang tertera, Malang Plaza berdiri pada 11 Mei 1985 dan ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Wahono. Berkembangnya zaman juga membuat Malang Plaza berubah.
Pengelola lalu menyediakan eskalator untuk mempermudah pengunjung naik dan turun dari lantai 1 hingga 3. Bahkan jadi pusat perbelanjaan pertama yang memiliki tangga berjalan di era itu.
Barang yang dijual pun mengikuti perkembangan zaman. Adanya Kios perangkat elektronik seperti handphone jadi salah satu alasan kenapa warga Malang ke sini. Belum lagi adanya bioskop di lantai 3.
Kini, dengan ludesnya bangunan akibat kebakaran hebat, gedung tua itu akan tetap jadi bagian dari sejarah Malang Plaza dan saksi bisu bagi perkembangan ekonomi masyarakat Malang.
Penulis: Imam A. Hanifah
Editor: Herlianto. A