MALANG – Remaja perempuan berperawakan mungil berjaket sweater pink tampak melangkah gontai dengan mata sembab. Namanya Anindia S. Usianya masih 19 tahun. Dia tampak berjalan sendiri menuju pintu gate 13 Stadion Kanjuruhan yang saat itu tengah dikerubungi puluhan suporter, Selasa (4/10/2022) malam.
Begitu sampai di depan ‘pintu angker’ itu, pandangan mata Anindia tampak kosong. Dengan mata sayu dan menengadahkan tangan, dia memandangi pintu yang kini telah tertempel poster-poster dengan tulisan #UsutTuntas hingga taburan bunga itu.
Tak lama kemudian dia berjalan mendekat sembari menyeka air matanya dan menempelkan sesuatu. Sebuah stiker bertuliskan ‘Kanjuruhan Disaster 1 Oktober 2022’. Sebuah ungkapan tanda duka cita dari masyarakat yang tersebar dan terpampang di mana-mana.
Ternyata, tempat itu menjadi saksi bisu kematian sahabat terbaiknya. Kedatangan Anindia malam itu untuk mendoakan sahabatnya, M Rizal, remaja berusia 17 tahun yang gugur saat ingin keluar menyelamatkan diri dari kepulan asap gas air mata. Namun nahas, nyawa Rizal tak tertolong.
“Kalau kata temen-temen, dia meninggal karena sesak nafas, lalu jatuh dan terinjak-injak saat keluar lewat pintu gate 13 ini,” ungkap Anindia, yang datang jauh-jauh sendirian dari Dinoyo, Kota Malang, pada reporter tugumalang.id itu.

Sebelumnya, dia juga sempat diajak oleh Rizal untuk menonton laga penuh rivalitas ini. Namun Anindia sudah memiliki firasat buruk dan memutuskan untuk tidak berangkat. Akhirnya, Rizal berangkat bersama tiga orang temannya yang berhasil selamat.
Saat insiden penembakan gas air mata itu, mereka panik dan terpencar mencari jalan keluar melarikan diri. Sialnya, Rizal hanya punya pilihan untuk kabur lewat pintu gate 13 yang ternyata dalam kondisi terkunci.
Namun Rizal sudah kadung terjebak dan tak bisa keluar kembali ke tribun yang juga masih diselimuti gas air mata. Rizal menjadi satu di antara banyak suporter yang terjebak di gate 13, meski salah satu suporter sempat menjebol tembok ventilasi.
“Kami memang baru kenal, tapi rasanya sudah kayak saudara sendiri. Aku harap arwahnya diterima di sisi-Nya, diampuni segala dosanya dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, luar biasa,” ucapnya.
Seperti diketahui, konon pintu Gate 13 di Stadion Kanjuruhan ini menjadi saksi bisu gugurnya ratusan suporter Aremania, termasuk perempuan dan anak-anak. Hingga kini, gate 13 dan juga gate 10 dikenal sebagai kuburan massal atas tragedi tersebut.
Tak heran, di pintu ini paling banyak dikunjungi para suporter dalam rangka solidaritas. Beberapa orang ikut mengirim doa, membakar menyan dan menabur bunga di depan pintu tersebut.
Tak hanya Anindia, sejumlah masyarakat lain juga ikut bersimpati dan berbondong-bondong mengirim doa, bahkan menggelar tahlil bersama mendoakan arwah para suporter yang gugur dalam tragedi tersebut.
Yang membuat semakin sedih, juga ada korban lain yang kehilangan dua orang anak kandungnya yakni Tasya,16 tahun dan Lala,14 Tahun. ”Ada anaknya satu yang selamat umur tiga tahun, ini setelah temen saya, Gebby melempar anaknya itu keluar,” kata Riska Miranda, warga asal Wajak, sambil menyeka air matanya.
Dia tidak mengetahui apakah Gebby wafat setelah berdesak-desakan di gate 13 ini atau tidak. ”Tapi untuk mengenang beliau, kita ke sini,” imbuhnya.
Sementara itu, Alfi Nanda, dan Dania Hikmatur Rizky, warga Gedangan Kabupaten Malang datang ke gate 13 dengan membawa bunga dari rumahnya. Mereka terlihat menaburkan bunga itu dengan penuh kesedihan.
”Kita mengenang dua teman kita asal Sidoarjo yang meninggal dunia karena kejadian ini,” kata Alfi Nanda.
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A