MALANG, Tugumalang – Sebagian kawasan Kabupaten Malang dikenal sebagai penghasil kopi robusta yang berkualitas. Salah satu kawasan penghasil kopi robusta di Kabupaten Malang adalah Desa Jambuwer, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang yang berada di kaki Gunung Kawi.
Dibandingkan dengan Amstirdam, nama Kopi Merah Jambuwer memang belum banyak dikenal. Namun, kopi ini sudah banyak dipasok ke luar daerah sebagai bahan baku di kafe-kafe.
Saat berkunjung ke Desa Jambuwer beberapa waktu lalu, wartawan Tugu Malang ID bertemu dengan Yon Puspa, pengelola kedai Kopi Merah Jambuwer yang terletak di kawasan Wisata Edukasi Jowaran dan Buari, pengelola proses bahan baku dari Kopi Merah Jambuwer.
“Awalnya kopi ini dikembangkan setelah kami menang lomba di Bondowoso,” ujar Buari mengawali kisah awal mula Kopi Merah Jambuwer.
Lomba yang dimaksud adalah Lomba Uji Cita Rasa Kopi Robusta Nusantara di Bondowoso pada tahun 2016. Di lomba tersebut, mereka mewakili Kabupaten Malang dan menyabet juara 3. Nilai total yang mereka dapat cukup tinggi, yaitu 8,8. Untuk poin sweetness dan balance, mereka mendapat skor sempurna, yaitu 10.
Menurut Buari, pada saat itu para petani di Jambuwer belum tahu banyak soal mengelola lahan dan memanen buah yang baik. Meski demikian, mereka mendapat nilai tinggi dan kualitas dari kopi mereka diakui di tingkat nasional. Dari situ, Buari menyadari bahwa potensi kopi di Jambuwer sangat besar.
“Sepulang dari sana kami mulai berpikir bagaimana kopi jambuwer itu memiliki kualitas yang lebih baik,” ujar Buari.
Sepertiga luas kawasan Desa Jambuwer merupakan kebun kopi. 90 persen petani yang ada di sana adalah petani kopi. Jika dikelola dengan baik, potensi kopi di Jambuwer ini bisa menjadi optimal.
“Kami berjualan kopi berdasarkan harga tengkulak atau harga pasar. Kalau dihitung-hitung, petani itu banyak ruginya. Jadi, bagaimana Jambuwer itu bisa berubah, tidak seperti dulu-dulu,” kata Buari.
Salah satu cara untuk meningkatkan potensi kopi di Jambuwer adalah dengan mengimbau petani untuk memetik ceri saat sudah memerah. Inilah cikal bakal nama Kopi Merah Jambuwer.
“Selama ini petani itu petiknya asal-asalan. Merah, kuning, hijau. Padahal dari segi ekonomi, yang merah itu merupakan hasil yang besar,” jelas Buari.
Pengelolaan biji kopi di Desa Jambuwer juga menggunakan standar yang mereka tetapkan. Ini membuat hasilnya berkualitas.
Kopi Merah Jambuwer memiliki rasa yang sedikit asam jika dibandingkan robusta dari daerah lain. Kopi ini cocok bagi mereka yang kurang suka dengan rasa pahit khas robusta.
“Robusta Jambuwer itu ada rasa asamnya, kayak semi arabica,” ujar Yon.
Dalam mengembangkan Kopi Merah Jambuwer, mereka juga dibantu oleh PT Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Brantas (PJB Brantas). Mereka diberi pembinaan digital marketing agar bisa memasarkan Kopi Merah Jambuwer ke kalangan masyarakat yang lebih luas.
“Tapi nanti yang pegang (digital marketing) adalah anak-anak muda,” kata Yon.
Untuk saat ini, Kopi Merah Jambuwer masih dipasarkan di kedai yang berada di Wisata Edukasi Jowaran tersebut dan melalui telepon untuk pembeli dari luar daerah.
Ia berharap ke depannya Kopi Merah Jambuwer bisa dipasarkan secara online dan bisa menyejahterakan masyarakat di Desa Jambuwer.
“Harapan ke depannya Kopi Merah Jambuwer bisa lebih baik dari yang sekarang,” pungkas Yon.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko