Tugumalang.id – Self-harm atau tindakan melukai diri sendiri menjadi topik yang penting untuk diketahui, mengapa demikian? Menurut data yang dirujuk dari id.yougov.com, bahwa di tahun 2019 lebih dari sepertiga atau 36 persen orang Indonesia pernah melukai diri sendiri. Dari sepertiga jumlah yang ada, diisi dengan kelompok usia remaja.
Menurut pengertiannya sendiri, self-harm merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencenderai diri dengan maksud memberikan efek bantuan jangka pendek terhadap rasa sakit emosional yang diderita dengan mengubahnya menjadi rasa sakit fisik.
Menyakiti diri sendiri sering kali merupakan respons koping terhadap pikiran dan perasaan tertekan atau sakit yang intens. Perasaan ini terkadang sangat sulit untuk diungkapkan bagi beberapa orang secara verbal, sehingga menggunakan tindakan ini sebagai cara untuk mengontrol ataupun mengekspresikan perasaan mereka.
Biasanya tindakan menyakiti diri sendiri biasanya dimulai pada masa remaja, hal ini mungkin saja terjadi salah satunya dikarenakan rasa penasaran mereka yang besar juga kontrol emosi mereka yang masih belum sepenuhnya stabil.
Tindakan menyakiti diri sendiri yang dilakukan biasanya adalah dengan menyayat kulit tangan menggunakan benda tajam, mengantamkan kepalan pada diri sendiri maupun benda dengan permukaan keras, membakar kulit, overdosis obat yang berakhir meracuni diri sendiri, membiarkan diri kelaparan, dan bentuk tindakan lain.
Dari banyaknya jumlah persentase yang ada tersebut, apa saja sih yang menjadi pemicu tindakan ini?
– Mengalami peristiwa traumatis.
– Ketidakharmonisan dalam lingkup keluarga, pertemanan, maupun percintaan.
– Kondisi kesehatan mental.
– Masalah ekonomi.
– Dalam pengaruh penggunaan obat terlarang.
– Memiliki kerabat/orang terdekat yang melukai diri sendiri.
Menyakiti diri sendiri bisa menjadi kompulsif dan berbahaya hingga berakibat fatal jika tidak dapat mengelola besaran emosi yang diterima.
Jika didatangi pikiran untuk melukai diri sendiri, hal yang bisa dilakukan adalah merelaksasi pikiran ataupun dengan menyibukkan diri dengan hal yang disukai, usahakan jangan sendiri dan carilah orang terdekat yang dapat diajak bicara.
Jika tidak memiliki orang terdekat yang dapat dipercaya, konsultasi dengan psikolog juga dapat dilakukan. Perlu untuk diketahui bahwa penanganan yang ada tidak hanya didasari pada kesadaran individu, melainkan kepedulian dan tugas kita bersama.
Reporter: Fonda Imelia
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id