PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) hadir dan mengisi salah satu sejarah pergerakan yang menghimpun mahasiswa berlatar belakang Ahlusunnah Wal Jamaah – An Nahdhliyah.
Konteks saat itu sangat relevan dan keberadaannya sangat perlu sebagai keharusan sejarah. PMII adalah kawah candradimuka mahasiswa NU saat itu
Beberapa tujuan mulia PMII didirikan dan dikuatkan bisa dilihat dalam menguatkan Mars yang diciptakan oleh Shaimoery WS dan H Mahbub Junaidi; menguatkan nilai Ke-Indonesiaan, value Ke-Islaman, dan basis kerja Amal sholeh dan Intelektualitas.
Semangat kepemudaan untuk memulai perjuangan dan perbaikan bangsa juga tertuang dalam lirik manis Mars: “inilah kami Indonesia, satu barisan dan satu cita”. Inilah komunitas mahasiswa NU yang saat itu dibutuhkan sebagai wahana gerakan.
Ada juga visi organisasi yang termaktub dalam salah satu bait Mars “Satu barisan dan satu jiwa”, “pembela bangsa, penegak agama”, ” Tangan terkepal dan maju ke muka” yang menunǰukkan semangat dan progresivitas kaum muda terpelajar. Pembelaan atas bangsa yang adil, makmur dan sejahtera adalah nilai utama yang dikuatkan oleh pergerakan pemuda Boedi Oetomo dan tentu the founding fathers of Indonesia sebelumnya
Cita cita pergerakan juga termaktub dalam bait bait Mars yang secara otentik menjadikan Indonesia “maqam” dan tujuan perjuangan. Berikut pernyataan indah : “untukmu satu tanah airku, untukmu satu keyakinanku”. Beberapa tokoh dan pendiri PMII telah mencitrakan dirinya dalam nilai nilai di atas.
Kini PMII telah berusia 64 tahun. Usia yang matang. Tetap menyumbangkan spirit ke-Indonesiaan, Ke-Islaman dan tentu sumbangan kepemimpinan nasional dan regional dimana beberapa kader telah masuk dan menjadi bagian penting pemerintahan, legislatif, proses demokrasi, pendewasaan nilai kebangsaan
PMII juga ditantang untuk memperkuat relasi pada aras internasional, penguatan lembaga pendidikan tinggi, strategic policies kenegaraan dan juga keagamaan Islam wasathiyah dan pesantren.
Tokoh tokoh NU seperti Idham Cholid, KH A Wahid Hasyim, Syaifuddin Zuhri, dan terutama KH Abdurrahman Wahid melekat dalam ciri ciri aktivis PMII. PMII pernah menyatakan independensinya terhadap struktural NU. Dengan demikian banyak juga aktivis PMII yang karena ingin bebas menjadi diri sendiri memilih jalan oposan dan pergerakan di luar lini Ke-NU-an formal.
Baca Juga: Rayakan Harlah ke-64, Ini Sejarah Berdirinya PMII Sebagai Organisasi Kemahasiswaan yang Mengusung Ahlussunnah Wal Jamaah
Masa Depan PMII
PMII memiliki tantangan yang challenging. Pertama Penataan kader yang jumlah besar dan terpolarisasi, penguatan value untuk menjadi bagian integral dari profesionalitas masa depan, modernitas global, the future intelegent, dan Indonesia Emas. Penataan kader tak harus melalui pelatihan kader formal sesaat seper MAPABA, LKM, LKL atau semacamnya namun juga dalam kancah kompetisi open sources.
Kedua. Tantangan Indonesia dan NU. Sebagaimana Indonesia memasuki Demographic Changes and The UCLA Era, sebagaima NU memasuki Satu Abad dg tekad Merawat Jagad dan Membangun Peradaban . Seluas itulah tantangan PMII sebagai organisasi kader stetegis NU, sebagai kelompok strategis dan sebagai bagian penting dari masa depan Indonesia.
Ketiga generasi kami perlu menyembuhkan penyakit anniyah dan kultur merasa besar. Wajar bawaan gaya mahasiswa era 70 an dan 80 an. Berbeda dg era 70 an – 80 an.
Baca Juga: Gagas Jenjang Karier, Pengurus PMII Komisariat Sunan Ampel Malang Dilantik
Akan sangat elok dan sudah semestinya penguasaan data data statistik numeric maupun future internal dan data strategis regional harus menjadi basis program ke depan.
Salam hormat untuk alumni PMII, termasuk beberapa orang yang nyantol di hati
Maaf lahir batin, bagi sikap, tindak tanduk dan responses yang kurang berkenan. Aku bukan Nabi Adam AS, tapi rasanya suka makan buah khuldi.
Kosong kosong lah.
Baca Juga Berita Tugumalang.id di Google News
M. Mas’ud Said.
Ketua Cabang PMII Malang 1990-1991
editor: jatmiko