Malang, Tugumalang.id-Inovasi dan transformasi. Dua kata ini seperti kata wajib yang harus diperbincangkan di dunia bisnis. Kata inilah yang juga kita obrolkan saat bertemu dengan Prof Dr Djoko Saryono M.Pd, guru besar Universitas Negeri Malang (UM) di ruang kerjanya, Kamis (14/3).
Obrolan di bulan Ramadan itu, begitu gayeng dan daging semua. Salah satu yang menjadi perbincangan soal literasi dan inovasi. Dibidang literasi, guru besar yang dikenal humble ini menitik beratkan pentingnya kita untuk punya waktu untuk berkontemplasi.”Literasi salah satunya soal bagaimana kita menyerap serta berkontemplasi di tengah keriuhan keadaan kita saat ini,” kata Prof Djoko.
Dengan melakukan kontemplasi, kita menjadi tahu ke mana tujuan kita, serta dengan cara ap akita mencapai tujuan itu.
”Sekarang kan kita melakukan banyak hal, tapi apakah banyak kegiatan tersebut sudah cukup produktif, atau hanya seremonial saja,” imbuhnya.
Baca Juga: Kembangkan Asisi Channel, Asisi Suhariyanto Ingin Kenalkan Sejarah Masa Klasik pada Anak Muda
Sedangkan untuk inovasi, Prof Djoko menjelaskan bahwa inovasi tidak hanya soal kebaruan. Melainkan, inovasi adalah hal baru, plus mempunyai daya guna.”Jadi hal baru itu bisa gak terserap pasar kalau dalam hal bisnis,” imbuhnya.
Prof Djoko menilai bahwa kampus memang mempu melahirkan inovator-inovator hebat. Hanya saja, dia melihat, inovasi justru banyak lahir dari luar kampus.”Dibidang pendidikan misalnya, ada sekolah bayar sampah, sekolah gratis, sekolah tanpa internet, itu inovasi yang kebetulan lahir dari luar kampus,” ucapnya.
Sedangkan di dalam kampus, salah satu program inovasi yang berhasil adalah yang dilakukan oleh Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di UM. Menurut dia, karena program ini, UM menjadi satu-satunya kampus yang bisa menggelar Indonesia Flagship Languange Initiative (IFLI) yang sudah diikuti ratusan mahasiswa asal Amerika Serikat (AS).
”Karena program ini, direktur BIPA Dr Gatut Susanto MM bisa menembus Amerika, Usaid, dan lain-lain, bukankah itu seorang innovator,” imbuhnya.
Baca Juga: Dias Satria, Founder Jagoan Indonesia Bicara Potret UMKM di Indonesia
Untuk menjadi inovator, kata Prof Djoko, harus ada keberanian untuk menerobos dan melompat dari batas-batas yang itu menjadi penghambat sebuah kemajuan.”Kita memerlukan mentalitas untuk melompat dan menerobos halangan-halangan,” jelas guru besar nyentrik ini.
Selain itu, juga harus ada kolaborasi yang oke antara pihak pemerintah dan kampus, serta industri.
”Salah satu kritik dari budaya kita, kita ini sering menggelar MoU (Memorandum of Understanding) tapi apa yang dikerjakan gak jelas, bagaimana kalau dibalik, kita kerja untuk sebuah proyek inovasi dulu, baru setelah itu kita lakukan MoU,” pungkasnya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Irham Thoriq
Editor: jatmiko