Kegiatan patrol membangunkan orang untuk sahur di bulan suci ramadan memang sudah menjadi tradisi di berbagai daerah. Biasanya, sekelompok kecil anak-anak muda di tiap kampung berkeliling kampung dengan membunyikan berbagai macam alat musik.
Tugumalang.id – Namun, bagaimana rasanya jika tradisi patrol keliling kampung itu diikuti hingga ratusan orang? Semarak tradisi patrol beramai-ramai itu dilakukan oleh warga Kebalen, Kota Lama, Kota Malang, Jawa Timur.
Mulai anak-anak, remaja, tua bahkan hingga mantan penduduknya dari luar daerah tumpek blek ikut merayakan tradisi tersebut. Mereka bersuka cita ikut menyemarakkan malam terakhir bulan suci Ramadan yang akan segera berakhir.
Tidak hanya membunyikan alat musik seadanya, tapi juga membawa seperangkat alat pengeras suara. Mereka berjalan bersama keliling kampung sejauh sekira 3 kilometer memecah keheningan malam 29 Ramadan tersebut.
Usut punya usut, tradisi patrol beramai-ramai itu sudah jadi tradisi di kampung tersebut sejak 1970-1980-an. Namun, tradisi ini sempat meredup hingga kemudian di era 2000-an kembali hidup berkat anak mudanya yang tergabung dalam GERPAK (Gerakan Pemuda Kebalen Kotalama).
Sampai-sampai kemudian, tradisi patrol di Kebalen Kota Lama ini menjadi ajang nostalgia para mantan warganya yang menikah dan pindah ke daerah lain maupun di luar kota. Seperti diakui oleh Mohamad Ali Sapril yang mengaku menyempatkan pulang meski dirinya sudah tidak tinggal di sana.
”Patrol kayak gini yang selalu ngangenin. Setiap malam 29, saya sama keluarga selalu ke sini. Selain itu juga sekalian reuni, ketemu teman-teman lama,” ungkap Sapril, Kamis (20/4/2023) dini hari pada Tugumalang.id
Kegiatan patrol di Kebalen Kota Lama itu tidak hanya diisi dengan tetabuhan dan salawat, tapi juga diisi aksi koreografi pesta kembang api hingga flare bak di stadion. Tidak heran jika di kawasan ini memang merupakan basis besar suporter sepak bola di Malang.
Muhammad Sulton, salah satu perwakilan anak mudanya menuturkan bahwa memang dalam beberapa tahun terakhir, tradisi patrol ini mulai kembali hidup. Bahkan, selama 3 tahun terakhir, tradisi patrol ini melibatkan hingga 3 kelompok RW (Rukun Warga) berbeda.
”Dulu awalnya gak sebanyak ini, tapi karena kami kompak, akhirnya dari tahun ke tahun peserta anak mudanya terus bertambah. Terutama di malam 29 Ramadan,” tuturnya.
Kegiatan patrol ini memang digelar sebagai bentuk ekspresi suka cita menyambut hari kemenangan Idul Fitri setelah selama sebulan penuh menahan hawa nafsu di bulan suci Ramadan.
”Semoga tahun-tahun ke depan pesertanya semakin bertambah. Selain itu, juga kegiatannya lebih meriah lagi,” jelasnya.
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A