BATU, Tugumalang – Rumah hunian sementara (huntara) yang diperuntukkan bagi korban longsor pada 2021 lalu di Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji masih berdiri. Namun, penghuninya hanya menyisakan 4 KK. Lainnya, 11 KK memilih untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Pantauan reporter pada Senin (2/1/2023), kondisi bangunan huntara ini masih terlihat kokoh. Meski hanya dibuat dari papan triplek. Masing-masing hunian berukuran sekira 4×6 meter yang diisi dua kamar serta ruang serba guna di dalamnya.
Namun, tidak semua hunian ada penghuninya. Total hanya ada 4 hunian yang terdapat tanda kehidupan. Sejumlah penghuni juga tetap beraktivitas seperti biasa, bertani dan beternak. Selebihnya, sejumlah ruangan tampak kosong ditinggal penghuninya.
Padahal, BPBD Kota Batu telah merekomendasikan sejumlah kawasan di sana untuk tidak ditinggali. Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu menuturkan berdasarkan hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB, kondisi tanah di sana terbilang labil karena kondisi tanah yang jenuh.
Ini mengingat ditemukannya sumber mata air yang berada di lereng Gunung Banyak. Melimpahnya air yang meresap ke tanah membuat kondisi tanah jadi jenuh. Sehingga rentan terjadi pergerakan tanah.
“Secara kajian, sebenarnya wilayah itu tidak aman untuk ditempati,” paparnya.

Meski begitu, di beberapa sisi, Agung masih dapat menjamin bangunan di areal sisi utara masih aman untuk difungsikan. Termasuk di kawasan Huntara yang terletak persis di belakang SD SMP Satu Atap. Tanah yang labil banyak terjadi si di satu sisi saja di bagian selatan.
”Tapi nanti akan kita kaji lagi karena intensitas hujan yang tinggi masih berpotensi membuat tanah disana jenuh. Sementara ini nanti akan dibuat sumur pelegah,” ungkapnya.
Tak heran, di wilayah Dusun Brau ini memang terletak di wilayah kontur perbukitan. Di sekeliling desa ini dikelilingi kawasan hutan dan perbukitan. Otomatis, jika terjadi curah hujan tinggi, maka akan menambah massa tanah sehingga tanah jadi labil.
Dusun Brau merupakan area di wilayah Kecamatan Bumiaji dengan tingkat kerawanan tinggi mengalami tanah labil. Bahkan pada 2021 telah ditemukan 13 titik rawan longsor atau rekahan tanah berpotensi bahaya di dusun sentra penghasil susu sapi perah itu.
Jangkauan 13 titik potensi kerawanan itu diketahui berdasarkan kajian geoseismik oleh BPBD Jatim menggunakan alat seismograf. Itu ditemukan saat proses pencarian lokasi pembangunan hunian sementara (huntara) bagi 15 KK di Dusun Brau dan membuat warga terdampak harus dievakuasi karena tempat tinggalnya rawan ambles.
Salah satu penghuni yang masih bertahan, Umi (40) menuturkan tetap bertahan disana karena rumahnya sudah rusak akibat pergerakan tanah. Kata dia, bagian dindingnya mengalami keretakan parah dan terancam ambruk.
”Takut kalau pindah lagi ke rumah, sudah di sini saja. Memang sudah sepi disini, tinggal 3 orang saja. Yang lain sudah banyak yang kembali ke rumahnya,” tuturnya.
Sebagai informasi, huntara yang dibangun di atas lahan seluas 1500 m² ini telah selesai dibangun dan diresmikan pada 9 Mei 2021 lalu. Sejumlah sarana prasarana hingga sambungan instalasi listrik di huntara juga disediakan.
Reporter: Ulul Azmy
editor: jatmiko