Tugumalang.id – Guru SMAN 1 Sijuk Belitung, Virandy Putra berhasil membuat pelajaran fisika terasa menyenangkan di mata muridnya. Tak sulit dan membosankan seperti biasanya.
Virandy punya alternatif metode belajar yang berbeda dengan kebanyakan guru lain. Di saat sejumlah sekolah dan lembaga berlomba-lomba membuat aplikasi, dia justru memanfaatkan aplikasi yang sudah ada dan banyak digunakan anak muda saat ini.
Pria berusia 30 tahun ini mencoba mengaplikasikan pembelajaran lewat Instagram (IG), aplikasi media sosial dan informasi yang berfokus pada konten foto dan video. Sejumlah fitur yang ada di sana dimanfaatkan dengan baik agar pelajaran berat ini menarik dipelajari sekaligus mudah dicerna.
Virandy sendiri memanfaatkan semua fitur di akun pribadi miliknya itu untuk dipakai sebagai media belajar siswa. Mulai dari membuat konten visual pelajaran di fitur feed Instagram, mengajar di story, live IG, hingga fitur-fitur kuis dia manfaatkan dengan baik.
Kebetulan Virandy juga seorang desainer sehingga materi pelajaran yang dikemasnya punya tampilan keren dan disukai anak remaja. Apalagi yang diajarnya adalah bidang ilmu fisika.
”Fisika inikan ilmu berat, tapi saya kemas sesimpel mungkin, mudah dicerna dan tidak membosankan,” ujarnya.
Alhasil, semua murid di kelasnya bersemangat dalam mempelajari ilmu fisika yang diampunya. Dari yang tadinya belajar di kelas minim interaksi, kini banyak muridnya mulai aktif menyimak dan bahkan bertanya lewat kolom-kolom komentar hingga pesan pribadi.
”Lambat laun saya juga bikin soal-soal lewat fitur kuis di Instagram dan ternyata responnya baik. Banyak murid saya yang malah nunggu-nunggu kuis berikutnya. Banyak yang komen, kapan bikin kuis lagi, Pak?,” papar Pria kelahiran Air Seruk ini.
Metode yang digunakan Virandy menjadi bukti bahwa karakter generasi milenial dalam belajar lebih condong pada konsep belajar sambil bermain. Terlepas dari berapapun usianya. Apalagi, media sosial saat ini sangat digandrungi.
Fenomena itu rupanya dibaca dengan baik oleh Virandy hingga membuatnya memunculkan inovasi kreatif pembelajaran tersebut. Mulanya, Virandy tak langsung percaya diri dengan pembacaannya itu.
Virandy membuat jajak pendapat kepada siswa terkait pembelajaran daring selama pandemi COVID-19 lalu. Hasilnya, 45 persen siswa merasa bosan dan tidak bisa menyerap pelajaran karena guru tidak interaktif.
”Murid merasa hanya sekedar dibebani dengan tugas-tugas, tanpa tahu maksud pelajaran itu apa. Tiap guru ada tugas, sampai semuanya menumpuk-numpuk,” kisah Virandy yang juga menjadi desainer pada Surat Kabar Guru Belajar ini.
Hingga kemudian Virandy menemukan solusi jitu tersebut. Dengan begitu, murid merasa seperti sedang tidak belajar, namun pada sesungguhnya mereka juga belajar. Secara tidak langsung, ilmu-ilmu itu akan terserap.
”Dengan ini ternyata penerimaannya lebih efektif daripada sebelumnya yang hanya saya kasih tugas-tugas,” ujarnya.
Virandy menjadi satu dari banyak guru yang telah berhasil menjawab aneka disrupsi digitalisasi. Di zaman serba cepat ini, guru mulai dituntut untuk menjadi fasilitator karena orientasi belajar sudah berpusat pada kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Dari hal ini, Virandy sepakat ilmu pengetahuan hari ini harus dimengerti peserta didik sebagai senjata untuk membentuk kecakapan hidup sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing.
Untuk membangun kecakapan hidup itu, kata Virandy, memerlukan sosok guru yang inovatif dan kreatif. Serta peka dengan kebutuhan murid. Setelah tahu kebutuhan murid, Virandy memilih metode belajar yang asyik dan relate dengan kehidupan sehari-hari.
Misal untuk keterampilan mengukur, dirinya lebih memilih mengajak anak untuk mengukur diameter batang pohon di hutan daripada mengukur tebal kertas atau uang koin yang sama sekali tidak bermanfaat untuk hidup sehari-hari.
”Saya kira ada banyak cara menanamkan ilmu yang lebih efektif dan nyantol, daripada harus mengukur ketebalan kertas, ketebalan uang koin yang gak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Virandy.
”Menjadi guru itu saya anggap harus kreatif karena harus tahu kebutuhan anak dan itulah tugas guru sebenarnya sebagai penyambung ilmu,” imbuhnya menegaskan.
Sosok guru tangguh seperti Virandy Putra inilah menjadi representasi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia yang masih menganut gaya lama. Untuk mengubah hal ini, jalannya masih panjang dan perlu sosok-sosok Virandy lainnya.
Sebab itu, menjadi penting keberadaan wadah para guru untuk saling berbagi dan mengembangkan potensi dirinya. Beruntung, ada Yayasan Guru Belajar (YGB) yang punya visi misi pengembangan potensi dan karier protean guru di Indonesia.
YGB menjadi wadah para guru saling berbagi praktik baik pembelajaran dan membangun kepemimpinan (leadership) dalam pendampingan belajar orang tua kepada anak.
Ketua YGB, Adelina Anggraini mengungkapkan bahwa wadah ini diharap dapat memupuk kolaborasi antar penggerak ekosistem pendidikan di Indonesia dalam mewujudkan sistem pembelajaran yang baik untuk generasi emas Indonesia.
Adel, begitu dia disapa, yakin jika kolaborasi dan praktik baik ini terus dikuatkan, maka tugas para guru untuk membentuk generasi unggul bisa lebih optimal dan menyeluruh.
“Kami yakin dengan berkolaborasi dengan kerja barengan kami bisa saling menguatkan, bisa berbagi praktik baik satu sama lain. Bahkan lebih baik lagi jika berkolaborasi dengan unsur di luar komunitas guru,” ujarnya.
Apa yang menjadi misi besar YGB sebenarnya juga menjadi spirit dari konsep Merdeka Belajar yang digaungkan pemerintah saat ini. Kurikulum dengan nafas Merdeka Belajar ini memang berorientasi kepada pembentukan karakter murid hingga kecakapan hidupnya.
Menurut Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, skema pembelajaran yang diselaraskan dengan kebutuhan siswa menjadi kunci melahirkan sumber daya manusia yang unggul di masa depan.
”Perubahan mindset inilah yang terus dibangun. Dari situ akan lahir inovasi baru yang berpusat penuh pada tumbuh kembang murid itu sendiri,” kata Iwan, belum lama ini.
Demikian kisah inspiratif dari para sosok guru yang out of the box. Kisah Virandy Putra di atas hanya senukil upaya reformasi pendidikan di Indonesia. Masih perlu sosok guru-guru lain yang perlu hadir untuk memajukan dunia pendidikan kita. Mungkin anda adalah salah satunya.(*)
Reporter: Ulul Azmy
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id