MALANG – Kelangkaan minyak goreng masih berlanjut. Tak hanya di ritel modern, tetapi juga di pasar tradisional. Seorang pedagang di Pasar Gondanglegi, Kabupaten Malang, bahkan memiliki untuk tidak menjual minyak goreng lagi.
“Ini saya sudah dua minggu nggak jualan minyak goreng,” kata pedagang toko kelontong bernama Alfiyah tersebut saat ditemui, Minggu (13/3/2022).
Ia mengaku dibuat pusing dengan harga minyak goreng dari distributor yang masih mahal dan adanya pembatasan jumlah minyak goreng yang bisa dibeli.
“Setiap pedagang sekarang dijatah oleh distributior. (Jumlahnya) nggak tentu sih, tapi pernah dibatasi cuma dua (pouch) per pedagang,” terangnya.
Harga dari distributor pun tidak pernah di bawah batas harga yang ditentukan pemerintah, sehingga pedagang harus menjual dengan harga lebih mahal dari Rp 14 ribu per liter.
“Kadang harga dari distributor Rp 14.500 ya saya jual Rp 15 ribu. Kadang kulakannya Rp 15 ribu, saya jualnya Rp 16 ribu,” tutur Alfiyah.
“Mau jual minyak goreng sekarang susah, harganya mahal dan dijatah. Jadi, saya berhenti jualan,” imbuhnya.
Pedagang kelontong lain bernama Herianto juga mengatakan bahwa pembelian minyak goreng di distributor kini dibatasi.
“Saya jual minyak goreng satu liternya Rp 19 ribu. (Saya) masih nggak bisa menyesuaikan dengan harga pemerintah. Kulakannya juga dijatah dari sana,” ujar Herianto.
Senada dengan Herianto, pedagang bernama Hilda juga masih menjual minyak goreng meskipun lebih mahal daripada harga yang ditetapkan pemerintah.
“Tergantung mereknya, ada yang Rp 17 ribu, ada yang Rp 18 ribu (per liter),” ujar Hilda.
Ia menyesuaikan harga jual dengan harga kulakan di distributor. “Dari distributor masih mahal, jadi saya jualnya juga segitu,” kata Hilda
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id