Tugumalang.id – Pasca lepas dari pandemi COVID-19, dunia sedang dihebohkan lagi oleh wabah baru yakni flu burung. Terbaru, kasus flu burung bahkan sudah ditemukan di Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu. Namun, masyarakat diimbau untuk tidak panik.
Pasalnya, hingga saat ini belum ada penelitian valid yang membuktikan bahwa virus H5N1 tersebut menular atau terdapat pada manusia. Sejauh ini, virus itu hanya berkembang dalam tubuh unggas.
Pihak Kemenkes juga telah melakukan penanganan atas kasus yang terjadi di Kalsel itu. Hanya saja, virus itu masih ada pada hewan unggas. Hingga saat ini, diketahui tidak ada perubahan gejala atau peningkatan kasus.
Diolah dari berbagai sumber, virus H5N1 itu menular dari unggas ke unggas dengan berbagai cara. Mulai kontak erat melalui cairan atau tinja unggas. Selain itu juga bisa menular lewat udara.
Meski begitu, Kemenkes mengimbau masyarakat tetap waspada dan kembali menerapkan memakai masker dan sering cuci tangan. Sebagai antisipasi, Kemenkes juga telah menyiagakan rumah sakit di tiap daerah untuk meningkatkan kewaspadaan.
Meski begitu, kasus flu burung yang ditemukan sejak 2003 itu telah mencatatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kematian manusia akibat flu burung terbanyak di dunia mencapai 168 orang. Disusul Mesir 120 kematian, Vietnam 64 kematian, Kamboja 38 kematian, dan Cina 32 kematian.
Flu burung merupakan penyakit zoonosis yang berasal dari hewan dan bisa menulari manusia. Biasanya, penyakit tersebut berasal dari kucing, anjing, atau kelelawar. Namun, flu burung berasal dari satwa unggas yang terinfeksi.
Selain menular lewat cairan dan tinja hewan unggas, berbagai benda yang telah terkontaminasi virus juga bisa menular ke manusia. Biasanya, masa inkubasi virus penularan terjadi dalam kurun waktu satu sampai tujuh hari. Dengan rata-rata penularannya tiga hingga lima hari.
Adapun gejala manusia jika terjangkit virus flu burung ini yakni demam dengan suhu mencapai lebih dari 38 derajat Celsius, lemas, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri perut, nyeri dada, dan diare.
Gejala itu bisa berlanjut ke gejala lanjutan seperti penyakit paru berat dengan sesak napas, pneumonia, sindrom distres pernafasan akut, dan perubahan neurologis (perubahan mental atau kejang).
Reporter: M Ulul Azmy
Editor: Herlianto. A