Tugumalang.id – Garis pantai di Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, sempat gundul akibat penebangan pohon yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.
Beruntung, kawasan yang kini bernama Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna itu, berhasil kembali asri setelah dikelola oleh Yayasan Bhakti Alam Sendang Biru.
Tanah seluas 105 hektare yang berada tepat di utara Pulau Sempu itu, dulunya merupakan area tambak dan pertanian.
Pohon-pohon bakau atau mangrove yang berfungsi untuk mencegah abrasi justru dirusak oleh para petani tambak. Hutannyapun ditebangi oleh petani untuk membuka lahan.
“Dulu di sini mangrove-nya hancur. Hutannya juga banyak yang ditebangi. Akhirnya binatang-binatang seperti monyet itu lari ke Sempu karena di sini sudah nggak ada hutan,” jelas Pemandu di CMC Tiga Warna, Hermansyah.
Di tahun 2011, kata dia, konservasi hutan mangrove di kawasan tersebut mulai dilakukan. Area yang menjadi tempat konservasi hutan mangrove adalah Pantai Clungup dan Pantai Gatra.
Para perambah hutan, pencuri kayu, dan nelayan yang menangkap ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan kemudian diberi sosialisasi agar terjadi perubahan perilaku. Kini, mereka dilibatkan sebagai pemandu wisata, penjaga pantai, dan jasa ojek.
Saat baru dilakukan konservasi, wilayah tersebut tidak untuk dikunjungi masyarakat umum. Setelah tiga tahun melakukan upaya-upaya pelestarian, barulah ada tamu yang berkunjung ke sana.
“Kami berjuang selama tiga tahun. Baru di tahun 2014 akhir itu ada tamu sedikit. Di tahun 2015 kawasan ini diresmikan, baru ada tamu banyak,” terang Hermansyah.
Hingga kini, upaya pelestarian terus dilakukan. Penanaman mangrove bahkan tak hanya dilakukan oleh pihak internal CMC Tiga Warna, melainkan juga pihak luar. “Kalau untuk penanaman, ada yang dari murid sekolah. Tapi harus ijin dulu,” kata Hermansyah.
Upaya konservasi yang konsisten dilakukan ini telah membuahkan hasil. Hermansyah mengatakan saat ini sudah banyak monyet yang bisa ditemui di kawasan CMC Tiga Warna, pertanda habitat mereka telah kembali seperti semula. “Sekarang sudah banyak monyet. Ayam hutan juga ada,” kata Hermansyah.
Kawasan konservasi hutan mangrove ini terbuka bagi pengunjung. Ada berbagai aktivitas yang bisa dilakukan saat berkunjung ke sana. Salah satunya adalah susur mangrove dengan menggunakan perahu.
Kata dia, di samping merasakan petualangan bak film Hollywood, pengunjung yang melakukan susur mangrove juga bisa mendapatkan pengetahuan baru dan belajar lebih banyak tentang pelestarian alam.
Reporter: Aisyah Nawangsari
Editor: Lizya Kristanti
—
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Ikuti media sosial kami yakni Instagram @tugumalangid , Facebook Tugu Malang ID ,
Youtube Tugu Malang ID , dan Twitter @tugumalang_id