Tugumalang.id – Tes Polymerase Chain Reaction (PCR) ramai dianggap sebagai ladang bisnis bagi para petinggi negara. Menanggapi hal itu, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Marzuki Mustamar membeberkan latar belakang empat petinggi negara yang erat dikaitkan dengan isu ladang bisnis PCR ini. Keempat petinggi negara itu adalah Joko Widodo, Ma’ruf Amin, Luhut Binsar Panjaitan, dan Erik Tohir.
Menurut Marzuki, Jokowi memiliki darah keturunan Jawa dan Mataram. Disebutkan, tradisi nenek moyang Jawa selalu menekankan untuk selalu menjunjung tinggi harga diri, sehingga orang Jawa lebih memilih menjaga reputasi dari pada materi.
“Jokowi itu orang Jawa, Mataraman, Solo. Kita orang Jawa yang nenek moyangnya orang Jogja, itu mending menjaga harga diri, mending menjaga reputasi meskipun berlapar-lapar. Karena kita tidak mau anak cucu kita tidak dipercaya orang,” jelasnya.
Untuk itu, dia mengatakan bahwa isu ladang bisnis tidak tepat jika ditujukan kepada Presiden Jokowi. Terlebih menurutnya, Jokowi masih memiliki kepribadian yang sama sejak menjadi Wali Kota Solo. Selain itu, aset kekayaan Jokowi juga dinilai masih wajar.
“Kalau isu ladang bisnis ditujukan ke Jokowi. Kita tau dari dulu Jokowi ya begitu-begitu aja. Orang yang sudah tujuh tahun menjadi kepala negara, tampilnya juga tetap seperti itu, asetnya juga wajar-wajar saja. Kayaknya gak masuk akal kalau itu, ladang bisnis itu ditujukan ke Jokowi,” ucapnya.
“Jokowi saya yakin masih ingin anak cucunya suatu saat jadi gubernur, menteri, dan lainnya. Maka menurut kami, sosok Jokowi itu dia lebih penting menjaga reputasi dari pada mengambil keuntungan dari berapa rupiah dari PCR. Jadi kalau ladang bisnis PCR itu dituduhkan ke Jokowi kami tidak percaya,” imbuhnya.
Sementara Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, menurutnya merupakan keturunan ulama berdarah Banten. Disebutkan, ulama Banten memiliki karomah kemampuan cepat menghafal yang terus dijaga. “Beliau masih keturunan ulama Banten. Kami juga keturunan Banten. Keturunan Banten itu Allah memberikan kelebihan dalam sekejap bisa menghafal,” jelasnya.
“Di NU itu ada Hizib Nawawi, itu kalau ditulis tebalnya sama dengan UU45. Saya itu dalam sekali melihat dan membaca itu bisa hafal. Itu salah satu karunia yang diberikan Allah kepada keturunan Banten, seperti Sultan Hasanudin hingga Syarif Hidayatullah,” imbuhnya.
Sehingga Marzuki menilai tidak mungkin Ma’ruf Amin mencari keuntungan dari PCR karena orang Banten pasti lebih memilih menjaga karunia Allah dari pada harta benda. Terlebih keuntungan itu didapat di tengah kesusahan masayarakat.
“Kalau kami, apalagi Kyai Ma’ruf Amin, dari pada makan harta seperti itu tapi karunianya dicabut oleh Allah, mending kami gak dapat apa-apa tapi kelebihan itu tetap dianugerahkan Allah pada kami,” tuturnya.
“Kalau isu itu ditujukan ke Pak Maruf Amin, kami tambah gak percaya. Dia kyai, kami tau betul beliau. Kalau kami mengunjungi beliau pasti beliau kembali mengunjungi kami,” ucapnya.
Kemudian Marzuki juga menjelaskan latar belakang Menko Marves RI, Luhut Binsar Panjaitan. Menurutnya, Luhut adalah kepercayaan Mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur. “Yang saya tahu, Luhut itu orang kepercayaan Gusdur. Kami tau betul mengasesmen orang sampai mempercayai orang itu. Kriteria yang biasa dipilih Gusdur itu lurus, jujur, berani, dan humanity,” paparnya.
Dikatakan, orang yang sudah dipercaya Gusdur tidak mungkin menjadi maling uang rakyat atau mengeruk keuntungan di tengah penderitaan rakyat. Baginya, yang mencoreng kepercayaan Gusdur sama saja melecehkan Gusdur.
Marzuki memandang Gusdur sudah mempercayai Luhut bertahun-tahun. Bahkan keduanya merupakan tokoh yang dikenal Marzuki sangat akrab.
“Jadi harumnya citra itu gak mungkin sama Luhut dicoreng dengan sekedar keuntungan Rp 10 hingga 50 miliar. Luhut sudah punya sekian perusahaan. Nyari uang segitu baginya tak perlu main-main,” bebernya.
Sedangkan Menteri BUMN, Erik Tohir, menurut Marzuki merupakan sosok pemimpin dan pengusaha yang religius. Erik juga dikenal telah membangun masjid dalam jumlah yang besar di berbagai daerah.
“Kami beberapa kali ke PT PAMA dan Adaru, Kalimantan. Itu kami tau dia itu membangun masjid di mana-mana. Itu sejak sebelum dia jadi menteri, masih jadi bos Inter Milan,” ungkapnya.
“Tidak mungkin orang yang sudah kaya raya, masih mengais-ngais pundi-pundi uang atau receh-receh uang dari PCR. Dari gambaran itu kami gak percaya dia mengambil keuntungan PCR,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Lizya Kristanti