Tugumalang.id – Pakar Arsitektur Universitas Brawijaya (UB), Prof Ir Antariksa MEng PhD, buka suara soal penataan kawasan Kayutangan Heritage, Kota Malang, Jawa Timur, yang digencarkan Pemerintah Kota Malang.
Terlebih, baru-baru ini pihak PLN Malang mengaku kesulitan menata kabel listrik lantaran instalasi bawah tanah yang dibangun Pemkot Malang tak sesuai dengan dimensi kabel PLN.
Ahli arsitektur sekaligus pemerhati bangunan cagar budaya itu menilai bahwa penataan kawasan cagar budaya tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Perlu kajian mendalam soal dampak dan pelaksanaan penataan kawasan heritage itu.
Menurutnya, pembangunan ducting atau instalasi jaringan listrik bawah tanah yang dilakukan Pemkot Malang harusnya berkoordinasi dulu dengan pihak PLN sebelum membangun. Dengan demikian, penataan kabel kawasan Kayutangan Heritage itu bisa sesuai dengan kondisi lapangan.
Namun penataan kawasan heritage menurutnya, akan jauh lebih bermanfaat jika memperhatikan dan mengedepankan kemaslahatan masyarakat setempat.
Dikatakan, penataan kawasan heritage harus bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat dan sekitar.
“Pelestarian itu bukan sekedar mempercantik diri, tapi bisa membuat kehidupan masyarakat sekitar lebih baik dari sebelumnya. Kalau kayutangan ditata bagus, tapi di belakangnya, di kampung kampungnya tidak meningkat ekonominya kan percuma,” kata Antariksa.
Sejauh ini, dia menilai bahwa dampak penataan kawasan Kayutangan Heritage, Kota Malang belum bisa dinikmati oleh warga setempat.
Dikatakan, kehidupan perekonomian kawasan itu masih setengah setengah. Terlebih, sejumlah pertokoan di Jalan Jenderal Basuki Rachmat itu banyak yang tidak berfungsi atau tutup.
“Kawasan Kayutangan itu kalau siang kan setengah mati setengah hidup. Malam juga begitu. Beda dengan Malioboro atau Braga, semua pertokoannya berfungsi. Kalau Kayutangan kan banyak yang tidak berfungsi sebagai pusat perdagangan. Malioboro dan Braga ditata tapi pedagangnya bisa hidup,” bebernya.
“Sekarang tujuan menata Kayutangan itu apa, untuk memikat wisatawan atau sekedar mempercantik diri. Fasilitas yang ada seperti tempat duduk, lampu hias dan lainnya itu azas kemanfaatannya untuk siapa. Masyarakat, wisatawan atau pemerintah sendiri,” imbuhnya.
Antariksa memberikan saran agar penataan kawasan Kayutangan Heritage juga melibatkan warga setempat. Kemudian mulai menata soal keamanan, parkir, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, air bersih, sanitasi dan lainnya.
Selanjutnya, mulai memberikan kemudahan bagi pelaku usaha untuk menghidupkan pertokoan Kayutangan Heritage menjadi pusat perdagangan.
“Jangan sampai buka toko di sana justru tidak laku. Jadi perlu kanjian dampak perekonomian yang lebih mendalam,” ujarnya.
Baru baru ini juga terjadi penolakan warga setempat atas rencana penerapan skema satu arah di Jalan Jenderal Basuki Rachmat itu.
Penolakan itu terjadi karena warga menilai tak ada sosialisasi atas rencana itu. Sekali lagi, Antarikasa mendorong agar pemerintah melibatkan masyarakat setempat dalam melakukan penataan kawasan heritage.
“Kalau malam kan sepi di sana, pengunjung hanya melihat pengendara yang lewat. Toko-toko kanan kiri atau di belakang tidak berfungsi secara ekonomi. Jadi fungsikan dulu secara ekonomi kemudian lakukan pendekatan dengan masyarakat,” ucapnya.
“Fisiknya dipercantik tapi kehidupan atau perekonomian masyarakat tidak lebih baik, buat apa,” tandasnya.
Reporter: M Sholeh
Editor: Herlianto. A