MALANG, tugumalang.id – Memilih menetap di negeri asing bukanlah hal yang mudah. Selain bahasa yang berbeda, budaya serta kondisi masyarakatnya pun tidak sama dengan Indonesia.
Di Kajian Spirit Gemilang, Selasa (25/10/2022), para pembicara membagikan pengalaman mereka tinggal di luar negeri. Tantangan apa yang mereka hadapi dan bagaimana mereka menyelesaikannya dibeberkan pada pertemuan tersebut.

Salah satu pembicara yang bercerita tentang pengalamannya tinggal di luar negeri adalah Wahyuddin. Selama belasan tahun merantau di Australia, ia menghadapi berbagai tantangan. Meski ia cukup fasih berbahasa Inggris, ia cukup kaget dengan aksen masyarakat di sana sehingga harus menyesuaikan diri.
Di samping berbicara tentang pengalaman tinggal di luar negeri. Ia juga mengulas perkembangan halal market di dunia barat. Saat ini pasar halal meat cukup merajalela di negara-negara yang mayoritas masyarakatnya non muslim. Rupanya para pebisnis melihat peluang dari berkembangnya umat Islam di seluruh dunia.
“Halal meat sudah banyak dikonsumsi masyarakat baik islam maupun non islam. Ini menjadi salah satu ikon bagi perkembangan Islam,” ujarnya.
Pembicara lain yang menceritakan pengalamannya bekerja di luar negeri adalah Hegi Harjoyo, seorang corporate builder consultant dan pemilik Bestdough Bakery.
Ia menceritakan apa saja tantangan yang ia hadapi selama bekerja di Filipina, Hongkong, dan Korea Selatan.

Selain tantangan dalam bahasa, budaya bekerja mereka juga berbeda dengan orang Indonesia. Oleh karenanya, Hegi harus beradaptasi agar bisa mengikuti budaya di negara tempat ia bekerja.
“Pengalaman yang saya dapatkan adalah kita itu bisa memimpin organisasi walaupun di luar negeri, di lingkungan yang berbeda. Kekuatan harapan, target, dan mimpi itu bisa menggerakkan kita,” kata Hegi.
Di samping itu, di Kajian Spirit Gemilang juga diulas sebuah buku berjudul Awaken the Giant Within (Membangkitkan Raksasa dalam Diri) karya Anthony Robbins. Ulasan ini dibawakan Jarot Warjito, pemilik Tractorindo.
Anthony Robbins sendiri merupakan seorang mahaguru motivator-motivator dunia. Di dalam buku ini ia menulis apa yang harus dilakukan oleh seseorang agar bisa mengembangkan potensinya secara maksimal.
“Apa yang kamu pikirkan adalah apa yang kamu dapat. Jadi bagaimana kita menjadi arsitek bagi otak kita untuk bisa mendapatkan pencapaian yang luar biasa,” kata Jarot saat menjelaskan salah satu bagian dari buku tersebut.

Kajian lainnya dalam pertemuan ini adalah tentang tokoh pahlawan yang menginspirasi, yaitu Bung Hatta. Kajian ini disampaikan oleh Igo Channiago, Direktur Baitul Maal Al Muhaimin (BMA) dan pemilik Bee Smart Enterprise (BSE).
Selain dikenal sebagai Wakil Presiden RI pertama, Bung Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Perannya dalam mengembangkan koperasi cukup kuat. Hingga kini koperasi merupakan salah satu unit penggerak perekonomian masyarakat yang krusial.
“Salah satu kontribusi koperasi adalah untuk mencegah masyarakat meminjam uang ke rentenir. Ini yang dilakukan oleh Koperasi Setia Budi Wanita Malang, salah satu koperasi terbaik di Indonesia,” tutur Igo.
Salah satu inti dari berbagai kajian yang disampaikan adalah pentingnya harapan dan mimpi dalam menentukan tujuan kehidupan. Ini ditekankan oleh Coach Imam Muhajirin Elfahmi atau yang akrab dipanggil Coach Fahmi.
“Hadapan adalah inti hidup manusia. Tanpa harapan, manusia kehilangan kehidupan. Without hope we are lost,” kata Coach Fahmi.
Cerita-cerita orang hebat selalu diawali oleh harapan. Termasuk orang-orang dengan kulit berwarna (people of color) yang menduduki jabatan penting di negara yang didominasi orang kulit putih. Dua tokoh yang ia sebut adalah Rishi Sunak yang kini menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dan Barack Obama yang dulunya adalah Presiden Amerika Serikat.
Mereka membuktikan bahwa orang-orang minoritas pun bisa menjadi pemimpin. Asalkan mereka memiliki harapan, mimpi, dan berusaha untuk mewujudkannya.
“Salah satu yang saya suka dari kutipan Obama adalah change begin when ordinary people do extraordinary take,” ucap Coach Fahmi.
Reporter: Aisyah Nawangsari Putri
editor: jatmiko