MALANG – Ada kabar baik bahwa populasi satwa liar terancam punah di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tampaknya mulai berkembang biak dengan baik. Seperti keberadaan Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) misalnya.
Baru-baru ini, Balai Besar TNBTS menangkap adanya aktivitas macan tutul melalui camera trap yang dipasang di 60 titik di kawasan seluas 27,14 hektar. Lokasinya dirahasiakan untuk mencegah aktivitas perburuan ilegal.
Dilaporkan, aktivitas satwa kucing besar ini tampak beberapa kali tertangkap kamera. Bahkan mungkin jumlahnya bertambah jika dibandingkan dengan rekaman-rekaman di tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini diungkapkan Plt. Kepala BB TNBTS, Novita Kusuma Wardani. Bukti otentik dari hasil tangkapan kamera ini membuat pihaknya lega karena ternyata habitat satwa terancam punah ini masih ada di Semeru.
Perempuan yang yang baru ditunjuk sebagai Plt. Kepala BB TNBTS per 1 Mei 2021 ini berharap, dari fakta ini bisa menjadi perhatian dan kepedulian dari semua pihak. Apalagi, perburuan ilegal juga masih ada.
”Tapi dengan adanya kamera trap yang dipasang di 60 titik ini semoga bisa mengurangi aktivitas perburuan satwa liar,” harapnya dalam sesi diskusi merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2021.
Terpisah, dijelaskan Pengendali Ekosistem Hutan TNBTS, Toni Artaka, 60 unit kamera trap dipasang di sejumlah kawasan tertentu yang sering menjadi jalur perlintasan satwa predator utama ini. Kamera ini sudah dipasang bertahap sejak 2015 silam.
Sebelumnya, pelacakan hanya bisa dipantau lewat buktu cakaran kuku, feses (ktoran) dan jejak kaki. Kini, dengan kamera trap, eksistensi macan tutul ini kian jelas ada. ”Kami ada fotonya. Sangat lega,” katanya.
Sejauh ini, pihaknya mendapati ada sekitar 21 ekor macan tutul baik berjenis kelamin maupun betina yang eksis di belantara TNBTS. Terbaru, di tahun 2020 kemarin, pihaknya memonitor 3 ekor macan tutul.
”Padahal tahun sebelumnya (2019), terpantau hanya ada 1 ekor macan tutul yang sering terekam. Ini adalah data set monitoring. Di luar data ini, artinya masih ada harapan (populasinya) lebih banyak lagi,” bebernya.
Dengan melihat data tersebut, lanjut Toni, menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan kesadaran kolektif untuk menjaga ekosistem hutan. Menurut dia, restorasi ekosistem sudah wajib dilakukan oleh semua pihak.