Malang, Tugumalang.id – Jalan Ijen atau yang dikenal juga sebagai Idjen Boulevard, merupakan salah satu jalan utama yang ada di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Jalan ini terbentang ke arah utara-selatan dengan total panjang sekitar 2,5 kilometer. Selain sebagai fasilitas umum yang padat dilalui setiap hari, Jalan Besar Ijen juga merupakan kapsul waktu penyimpan sejarah.
Sejarah
Jalan Ijen dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda saat Ir. EA Voonerman menjabat sebagai walikota Malang (1923-1933). Pembangunan jalan protokol ini didesain seorang Insinyur kenamaan Belanda bernama Ir. Herman Thomas Karsten.
Proyek ini dimulai antara tahun 1924–1925 sebagai bagian dari tahap ke-5 dari delapan tahap perencanaan Kota Malang (Bouwplan I–VIII). Perencanaan penataan Kota Malang tahap ke-5 ini bertujuan menghindari bentuk kota yang huniannya memanjang di sekitar jalan raya, menjauhi pusat kota (menciptakan kota yang berbentuk seperti pita).
Baca Juga: Bulan Kepedulian Down Syndrome, Sejumlah Anak Difabel Unjuk Kebolehan di Jalan Ijen
Pembangunan Jalan Ijen dimulai dari Perempatan Bareng atau Perempatan Jalan Kawi hingga Gereja Katedral. Beberapa tahun kemudian, pembangunan dilanjutkan mencapai Perempatan Lonceng di Jalan Bandung.
Kawasan Jalan Ijen tergolong ke dalam kawasan elit. Area ini dikuasai para pejabat dan arsitek NV. Bouwmaatschappij Villapark, pihak yang bekerja sama sebagai pengembang (developer) dalam proyek perencanaan Kota Malang.
Orang-orang Eropa yang menghuni kawasan ini menerapkan bentuk bangunan villa yang terdiri dari hanya satu lantai dengan atap pelana tinggi berkemiringan curam, serta jendela yang lebar. Gaya Eropa ini diadopsi karena tingginya curah hujan dan hawa sejuk Kota Malang.
Pada masa itu, kawasan elit sekitar Jalan Besar Ijen yang meliputi beberapa jalan ini disebut sebagai Bergenbuurt atau dapat diartikan sebagai daerah gunung-gunung, disebabkan penamaan jalan yang ada di kawasan ini menggunakan nama gunung. Nama-nama jalan ini masih bertahan hingga hari ini, seperti Jalan Semeru, Jalan Bromo, dan Jalan Ijen itu sendiri.
Sebagai kawasan hunian mewah, fasilitas umum yang tersedia di sekitaran Jalan Ijen juga tidak main-main. Fasilitas yang ada mulai dari tempat peribadatan, seperti Theresia Kerk (Gereja Santa Theresia), bangunan sekolah, rumah listrik milik Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatchappji (ANIEM) yang berfungsi menerangi deretan hunian di daerah ini. Hingga adanya arena pacuan kuda yang cukup luas sebagai hasil dari Bouwplan ke-7.

Selainitu terkenal akan keelitannya. Jalan dengan panjang sekitar 2,5 kilometer ini juga mendapat julukan sebagai salah satu jalan terindah pada masa pendudukan Hindia Belanda.
Hal ini tidak mengherankan, mengingat Karsten memang mendesain Jalan Besar Ijen dengan apik. Dua jalan kembar yang dipisah taman dan dipercantik tanaman palem di sisi-sisinya. Pada setiap persimpangan Jalan Besar Ijen dengan jalan lain, dipercantik dengan taman.
Baca Juga: Sejarah dan Fakta Unik Jalan Ijen, Jejak Peninggalan Belanda di Kota Malang
Idjen Boulevard: Then and Now
Kini, Jalan Besar Ijen masih menjadi salah satu poros utama dan daya tarik Kota Malang. Dengan apitan pohon palem di kanan-kiri serta taman yang senantiasa diperelok, Ijen masih menjadi magnet bagi banyak wisatawan. Tak hanya tanaman hias yang kini menghuni taman-taman ini.
Sejak 2023 lalu, lampu-lampu bergaya unik juga turut memeriahkan sepanjang Idjen Boulevard. Bangku-bangku serta air mancur yang eksis di kawasan ini juga memperkuat keindahan yang dimiliki jalan kembar ini.
Selain keindahan rancangan jalannya sendiri, hingga saat ini masih berdiri kokoh beberapa bangunan peninggalan Belanda. Termasuk di antaranya adalah beberapa rumah bergaya villa ala Eropa yang masih dijaga keasliannya, menjadi saksi berkembangnya Kota Malang.
Gereja Santa Theresia, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Gereja Katedral, juga merupakan bagian dari warisan yang masih terjaga dengan apik hingga kini.
Pada tahun 1962, Museum Brawijaya didirikan. Dengan adanya museum ini, semakin banyak pula wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi Jalan Besar Ijen.
Jalan protokol ini juga menyulap diri, tak hanya sebagai jalan yang tiap harinya digilas roda, setiap Minggu mulai pukul 05.00–10.00 WIB (apabila tidak ada kondisi tertentu), selalu diadakan event Car Free Day (CFD) dari Bundaran Simpang Balapan hingga perempatan Pos Polisi Bareng.
Mulai dari anak kecil hingga lansia, bersemangat menggaet kebugaran dengan berolahraga. Pengunjung CFD dapat melakukan banyak hal lain di luar hanya berjalan santai saja. Terdapat spot senam gratis, spot belanja pernak-pernik, hingga wisata kuliner yang berada di kawasan Museum Brawijaya.
BACA JUGA: Berita tugumalang.id di Google News
Penulis : Fitrothul Mukaromah (Magang)
editor: jatmiko