Tugumalang.id– Pendidikan di Jepang memiliki tradisi ujian yang menakutkan bagi para pelajar. Ujian ini dikenal dengan sebutan Shiken jigoku. Dianggap menakutkan karena persaingan sangat ketat pada ujian ini, sehingga tak jarang pelajar yang gagal lulus menjadi stres.
Jepang memang terkenal dengan pendidikannya yang bagus. Anak-anak Jepang selain hebat dalam bidang akademik, juga bagus karakternya. Pendidikan karakter yang sangat terkenal dari mereka, salah satunya budaya mengantri.
Namun dibalik masyhurnya pendidikan dan karakter pelajar Jepang, ternyata ada tuntutan yang tinggi bagi pelajar di negeri Sakura ini untuk masuk sekolah-sekolah terbaik. Nah, untuk mewujudkan keinginan ini sama sekali tidak mudah. Mereka harus saling bersaing satu sama lain untuk bisa meraih kursi di kampus terbaik.
Untuk menjadi yang terbaik, mereka harus melalui ujian yang berat dan menakutkan karena persaingannya yang sangat luar biasa. Ujian ini yang disebut dengan shiken jigoku dalam bahasa Jepang, yang berarti ujian yang sangat kejam dan mengerikan. Kita mungkin bisa menyebutnya “ujian neraka.”
Shiken jigoku muncul karena dampak dari kemajuan dunia pendidikan itu sendiri, terutama saat peralihan dari jenjang SMA ke perguruan tinggi. Ditambah lagi sulitnya masuk ke dunia kerja. Dunia kerja di Jepang menerapkan sistem gakureki, yaitu sistem penerimaan pekerja berdasarkan latar belakang akademik.
Ini yang mendorong para pelajar di Jepang berlomba-lomba untuk masuk sekolah terbaik, dengan harapan mudah masuk ke dunia kerja. Selain itu, juga diperkuat lagi dengan tradisi negeri samurai itu yang menganggap bahwa masuk perguruan tinggi terbaik dapat meningkatkan status sosial seseorang.
Sebab-sebab itulah yang membuat, “ujian neraka” ini menjadi suatu tradisi yang tidak hanya diperankan pihak sekolah tetapi juga kesadaran orang tua dan anak yang tinggi terhadap pendidikan yang baik.
Ujian ini, sebetulnya, tidak jauh berbeda dengan yang sering dilaksanakan di Indonesia. Model soalnya juga berupa isian atau pilihan ganda. Hanya saja suasana yang tercipta akibat persaingan yang ketat menyebabkan ujian ini menakutkan bagi pelajar di Jepang.
Anak-anak Jepang mengikuti shiken jigoku sejak masuk TK (Taman Kanak-Kanak) hingga perguruan tinggi. Namun soal-soal yang diberikan pada tingkat TK hanya soal yang mudah dan ringan.
Suasana ‘neraka’ akan terasa mulai di tingkat SMA menuju perguruan tinggi. Pada tahap ini pelajar sudah mengerti dan paham akan pentingnya pendidikan. Mereka bisa memilih ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan jurusan yang mereka minati.
Akibat adanya budaya ini, kursus atau les tambahan sangat diminati di Jepang. Tidak akan sulit menemukan lembaga-lembaga nonformal yang membuka bimbingan belajar tambahan. Kursus atau les ini biasanya juga membuka kelas khusus persiapan ujian.
Beban yang ditanggung untuk bisa lolos dalam ujian membuat tidak sedikit pelajar yang stres dalam perjalanan mempersiapkan ujian. Apalagi ketika mereka dinyatakan tidak lulus ujian.
Reporter : Fahra Auliani Rahmah
Redaktur : Herlianto. A