MALANG – Realisasi pengelolaan limbah sampah plastik masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku kebijakan negeri dari tahun ke tahun. Nyatanya hingga saat ini keberadaan sampah plastik masih saja dengan mudah ditemui di berbagai tempat.
Untuk itu, Tugu Media Group menghadirkan sejumlah komunitas pecinta lingkungan dalam acara Diskusi Bahaya Sampah Plastik. Kegiatan ini diselenggarakan secara hybrid atau gabungan virtual dan secara langsung di Kantor Tugu Media Group, Kota Malang, Senin (8/11/2021).
“Permasalahan sampah plastik kita sangat kompleks, untuk itu kita harus bijak mengelola sampah plastik. Kapan kita gunakan, kapan kita buang. Mari kita bijak dengan sampah plastik yang kita produksi sendiri,” ujar Fully Safi’i, jurnalis foto senior yang fokus menggarap isu sampah di Indonesia.
Menurutnya, kesadaran masyarakat yang bijak dalam mengelola sampah plastik dapat menurunkan jumlah produksi sampah. Untuk itu, pemerintah juga harus bergerak dengan gencar menyadarkan masyarakat akan bahaya sampah plastik.
“Namun pemerintah juga harus secara terus menerus melakukan kampanye soal sampah. Kita juga harus proaktif mengajak dan menyuarakan kampanye itu,” jelasnya.
Sementara itu, Founder Climate Change Frontier (CCF), Eko Baskoro dalam kesempatan itu menyampaikan, kesadaran masyarakat terhadap sampah plastik masih rendah. Untuk itu, pemerintah harus hadir dengan regulasi nyata untuk mengurangi produksi sampah plastik.
“Masyarakat itu ibaratnya masih silit membedakan tempat sampah dan sungai. Masyarakat memang harus terus disadarkan. Pemerintah harus turun langsung, masyarakat harus disadarkan melalui edukasi terus menerus,” jelasnya.
Menurutnya, dalam elemen masyarakat seperti pengusaha kafe juga harus memperhatikan produksi sampah sedotan, hingga pengelolaan limbahnya. Maka ketegasan pemerintah dalam merealisasikan regulasi tentang sampah harus lantang disuarakan.
“Kalau sekedar peraturan tanpa sanksi maka juga akan sulit berjalan dengan baik. Pemerintah harus tegas, misal ditutup ya tutup sekalian,” tegasnya.
Lutfi Pramono, videografer freelance yang pernah menjadi juri kompetisi video tentang isu hutan di dunia yang di selenggarakan oleh CIFOR, Organisasi lingkungan internasional mengatakan bahwa kampanye bahaya sampah plastik harus terus disuarakan.
“Kami juga buat kampanye sampah lewat film, siapapun jug bisa melakukan kampanye melalui caranya masing masing demi masa depan generasi kita,” ucapnya.
Dia juga mengajak semua pihak untuk mulai sadar dari diri sendiri. Karena sebuah gerakan akan sukses jika dilaksanakan meski dengan langkah kecil.
Salah satu peserta dalam Diskusi Bahaya Sampah Plastik ini, Lukman Agus Firmawan, seniman musik dalam kesempatannya menyampaikan ide cemerlangnya. Salah satunya, penyediaan tempat pengolahan sampah di setiap desa.
“Pemerintah Desa minimal ada tempat pengelolaan sampah di desa. Di sana mungkin bisa dilakukan pemilahan sampah mulai plastik, kertas, dan lainnya. Itu sebenarnya jika bisa dikelola dengan baik bisa menjadi produk bernilai ekonomis,” paparnya.
“Kalau kita bijak mengelola sampah maka masalah sampah tidak akan membahayakan,” imbuhnya.
Selain itu tingginya keberadaan sampah di sungai juga bisa diatasi dengan konservasi sungai. Salah satunya melalui pemasangan pembatas di sungai sungai yang dekat dengan pemukiman. “Kami berharap pemerintah bergerak secara nyata,” tandasnya.
Adapun kegiatan Diskusi Bahaya Sampah Plastik yang digelar Tugu Media Group (www.tugumalang.id dan www.tugujatim.id) ini didukung oleh No Mind, PFI Malang, Kopi Sontoloyo, Climate Change Frontier (CCF), Mororindu dan Sate Bang Saleh Kota Malang.
Reporter: M Sholeh
Editor: Sujatmiko